Keris Pusaka Tindih untuk Meredam Keris Pusaka Lain yang Agresif

Keris Pusaka Tindih untuk Meredam Keris Pusaka Lain yang Agresif

Keris Pusaka Tindih untuk Meredam Keris Pusaka Lain yang Agresif - Orang-orang yang memiliki sebuah benda gaib umumnya menginginkan adanya tuah yang melindungi dirinya dan keluarganya dari adanya gangguan/serangan gaib. Yang dimaksudkannya biasanya adalah gangguan / ancaman yang datangnya dari luar, tetapi tidak terpikirkan olehnya untuk melindungi dirinya dan keluarganya dari ancaman / gangguan yang berasal dari dalam, dari benda-benda koleksinya sendiri.


Sehubungan dengan itu dalam dunia perkerisan jawa ada dikenal istilah Keris Tindih.

Yang dimaksud  Keris Tindih  adalah sebuah keris atau benda pusaka yang memberikan tuah, selain tuah utama kerisnya, juga memberikan tuah untuk meredam gangguan/keanehan gaib dan pengaruh negatif dari benda-benda gaib lain.
Menurut perkataan para praktisi/pemerhati perkerisan yang tergolong keris tindih biasanya adalah keris-keris yang dibuat pada jaman kerajaan hindu/budha purba. Jadi keris itu sudah berusia tua sekali. Contohnya adalah keris dapur bethok.

Menurut pengetahuan Penulis, keris tindih adalah keris yang selain mempunyai tuah sendiri seperti keris-keris yang lainnya, tetapi juga mempunyai kegaiban untuk meredam keanehan gaib keris/jimat/benda bertuah lain. Keris itu melakukannya dengan wibawanya, bukan dengan kesaktiannya. 

Tidak peduli seberapa tinggi kesaktian keris-keris dan benda gaib lain, ia menundukkannya dengan wibawanya, wibawa seperti seorang tua yang dihormati oleh orang lain, bukan dengan kesaktiannya. Jadi disini tidak terjadi perbenturan kesaktian, tetapi adu wibawa. 

Yang menentukan sebuah keris apakah merupakan keris tindih atau bukan adalah kekerasan watak dan wibawanya yang bisa menundukkan perilaku gaib lain yang tidak selaras dengannya, tidak ditentukan oleh tua kerisnya atau tingginya kesaktiannya.

Hal ini bisa diumpamakan seperti suasana di dalam kelas SMA yang murid-muridnya bandel, ribut, ngobrol sendiri, main sendiri, bercanda berlari-larian, sekalipun di kelas itu ada seorang guru. Ini terjadi karena sang guru tidak cukup punya wibawa untuk menundukkan murid-muridnya. Namun bila ada guru yang memiliki wibawa besar, yang dihormati oleh para murid, pasti suasana kelas akan tertib dan teduh. Apalagi kalau gurunya galak (killer).

Dalam kejadian di atas tidak ada adu kesaktian. Yang ada adalah adu wibawa. Belum tentu secara fisik sang guru lebih kuat dibanding murid-muridnya. 

Apalagi kalau dikeroyok. Mungkin juga di antara para murid ada yang berbadan besar / kuat, namun dia tidak bisa mengendalikan suasana kelas. 

Mungkin tidak punya keberanian / wibawa untuk mengendalikan teman-temannya. Mungkin juga karena dia termasuk yang membuat kegaduhan. Namun dengan wibawanya, sang guru bisa menundukkan murid-muridnya yang mungkin lebih muda dan kuat dan jumlahnya banyak. Selain itu, ia juga dihormati oleh guru-guru lain yang usianya lebih muda maupun yang lebih tua.

Keris Tindih tidak ditentukan oleh kesaktiannya atau tua usianya. Sifat keris tindih ditentukan oleh sifat gaib di dalam kerisnya yang bisa meredam perilaku negatif atau gangguan gaib. Dengan demikian yang tergolong sebagai keris tindih bisa keris apa saja asalkan sifat gaibnya sesuai dengan pengertian keris tindih. Namun untuk mengetahui keris yang mana yang merupakan keris tindih, tidak mudah untuk menentukannya. Kita harus belajar mengerti sifat dan perilaku gaib dari masing-masing keris. Salah satunya adalah dengan jalan : Menayuh Keris.

Keris Bethok
Keris Tindih juga tidak ditentukan oleh jenis tuah kerisnya, misalnya keris yang bertuah untuk kesaktian, kekuasaan, kewibawaan, atau tuah untuk melindungi pemilik keris dan keluarganya dari marabahaya, dsb. Keris-keris semacam itu mungkin melindungi si pemilik dari gangguan / ancaman yang datangnya dari luar, tetapi tidak melindungi dari ancaman / gangguan yang berasal dari dalam, dari benda-benda koleksinya sendiri.

Secara alami, keris-keris yang lebih muda umurnya akan menghormati keris-keris yang lebih tua umurnya. Itu adalah tata krama dalam dunia gaib perkerisan. Tetapi belum tentu keris yang sakti atau tua umurnya adalah keris tindih. Seperti dalam contoh anak sekolah di atas, jarang sekali ada seorang murid, walaupun berbadan besar dan kuat yang mampu meredam / memaksa murid-murid atau teman-temannya untuk tertib. Juga tidak semua guru yang sudah tua umurnya menjadi guru yang dihormati / ditakuti oleh murid-muridnya. Karena itu sifat sebuah keris sebagai keris tindih jarang sekali ditemui dan merupakan sebuah sifat alami yang khusus.

Keris tindih ini sangat baik sekali jika digunakan mendampingi bepergian ke tempat-tempat angker / wingit, karena walaupun mungkin kekuatan gaibnya kalah kuat dengan gaib-gaib yang ada di sekitarnya, tetapi dengan wibawanya keris itu dapat meredam niat mahluk-mahluk halus di sekitarnya yang akan mengganggu tuannya.

Tuah dari keris tindih ini juga melunturkan (meredam) perilaku jimat / pusaka dan khodam ilmu / pendamping yang bersifat agresif dan menonjolkan kesaktian dan kegagahan.

Menurut pengamatan Penulis, kebanyakan keris tindih adalah keris-keris lurus yang dulu dibuat di Jawa Tengah. Biasanya fisik kerisnya tebal dan berat dengan bentuk yang sederhana. Kebanyakan keris tindih itu memiliki kekuatan gaib di atas kesaktian gaib Ibu Ratu Kidul. Wataknya keras, berwibawa dan berkuasa, dan berenergi besar, sehingga mampu menindih energi dan perilaku gaib-gaib lain yang tidak sejalan dengannya.

Untuk mudahnya berikut ini disebutkan beberapa contoh benda gaib yang  mungkin  bisa disamakan dengan keris tindih, tetapi contoh-contoh ini tidak bersifat pasti, karena sifat-sifat keris tindih tidak ditentukan dari bentuk bendanya atau tua umurnya, tetapi dari sifat-sifat gaibnya yang berwatak keras dan berwibawa, sehingga harus diperiksa bendanya satu per satu. Ini hanya perkiraan sederhana saja barangkali kita memiliki salah satunya. 

Contoh keris tindih adalah seperti disebutkan di atas, yaitu keris bethok (tetapi tidak semua keris bethok adalah keris tindih).

Kebanyakan keris tindih adalah keris-keris lurus, bukan keris ber-luk, yang dulunya dibuat di Jawa Tengah. Biasanya fisik kerisnya tebal dan berat dengan bentuk yang sederhana. Kualitas tempaan logamnya juga biasanya tidak istimewa.

Contoh lain keris tindih adalah keris dengan dapur banyak angrem (yang sudah berumur tua). Biasanya adalah yang fisik kerisnya tebal dan berat. Isi gaib keris berdapur banyak angrem itu mempunyai karakter yang mirip dengan karakter Dewa Semar, sepuh dan berwibawa.

Benda bertuah lain yang memiliki karakter serupa dengan keris tindih adalah mustika keong buntet yang kualitasnya kelas 1, yang berwarna hitam, yang bisa untuk kekebalan, dari hasil penarikan gaib yang sempurna.


Jika koleksi pusaka dan benda gaib kita terawat dan tercukupi sesajinya biasanya benda-benda kita itu tidak akan berbuat negatif, malah akan memberikan tuahnya, apalagi kalau sudah ada keselarasan dengan kita pemiliknya, sehingga kita tidak membutuhkan adanya keris tindih.

Keris Tindih lebih dibutuhkan oleh pengkoleksi pusaka dan benda gaib yang benda-benda koleksinya itu kurang terawat, atau kurang rutin sesajinya, yang biasanya hanya disimpan saja di ruang pusakanya atau orangnya hanya sekedar memiliki saja, atau bendanya hanya menjadi benda pajangan saja, tidak diperhatikan sisi perawatan dan sesajinya dan tidak ada keselarasan dengan manusia pemiliknya. 

Keris tindih lebih diperlukan oleh orang-orang yang memiliki banyak pusaka yang lebih banyak bersifat koleksi saja, menjadi barang simpanan saja, yang orangnya tidak ada kedekatan batin dengan pusaka-pusakanya, sehingga kalau ada tanda-tanda tertentu dari pusaka-pusakanya dianggap sebagai gangguan. Tapi kalau pusaka-pusaka itu belum ada kedekatan batin dengan pemiliknya, mungkin kepemilikannya atas keris tindih juga akan pasif, kerisnya tidak memberikan tuahnya.

Tapi kalau pusaka-pusaka itu terawat baik dan sudah tercukupi sesajinya, sudah ada kedekatan batin dengan pemiliknya, dan pusaka-pusakanya aktif memberikan tuahnya, mungkin keris tindih itu tidak diperlukan.

Nilai positif  keris tindih adalah dapat meredam perilaku negatif dari keris-keris dan benda gaib lain. Bila anda mengalami gangguan dari koleksi keris atau benda-benda gaib anda sendiri, misalnya keris anda suka membuat suara-suara aneh, anggota keluarga sering sakit-sakitan (sakit karena gangguan gaib), atau anda menyimpan keris yang sifatnya berbahaya bila dikeluarkan dari sarungnya, maka keberadaan keris tindih ini dapat membantu anda mengendalikan perilaku negatif keris-keris anda tersebut.

Nilai negatif  keris tindih adalah dapat meredam perilaku dari keris-keris yang mempunyai kemampuan khusus yang bisa dipertunjukkan. 

Ada beberapa keris yang memiliki kemampuan khusus yang bisa dipertunjukkan, misalnya keris singkir api yang dapat memadamkan api, atau keris singkir angin yang dapat meredakan hujan dan angin badai, atau keris anti racun yang bisa menetralkan racun dan bisa binatang. Bila di antara keris-keris anda ada yang merupakan keris tindih, maka karena wibawa dari keris tindih, keris-keris khusus tersebut tidak akan menunjukkan kemampuan khususnya lagi. 

Kebanyakan isi gaib keris tindih wujudnya seperti manusia laki-laki berbadan tinggi dan besar, wataknya keras, menonjolkan kekuatan, kesaktian dan kewibawaan, dan siap setiap saat untuk bertarung. Biasanya hawa auranya teduh, tidak panas. Sosok ini bersifat idealis, yang akan menonjolkan kekuatan, kekerasan dan kewibawaan untuk memaksakan sifat idealisnya pada perilaku berbudi pekerti dan tidak sombong.

Di mata keris tindih, kemampuan khusus keris-keris di atas bisa dianggap sebagai suatu kesombongan, dan karena idealismenya yang menolak segala bentuk kesombongan, maka keris tindih akan memaksakan kekuatan dan wibawanya untuk meredam perilaku "sombong" itu. 

Karena itu bila anda ingin keris-keris anda itu tetap menunjukkan kemampuan khususnya itu, maka keris-keris itu harus dijauhkan dari keris tindih, tidak satu ruangan dengan keris tindih. Begitu juga bila anda mempunyai benda-benda jimat atau mustika yang bertuah ampuh untuk kekuatan dan kekebalan, yang khodamnya berwatak keras dan menonjolkan kegagahan, penyimpanannya harus dijauhkan dari keris tindih.

Untuk lebih mengenal sifat-sifat karakter keris-keris jawa silakan dibaca tulisan berjudul Karakter dan Tuah Jeny Melanie.

Sumber : Javanese 2000
Keris Pusaka Junjung Derajat

Keris Pusaka Junjung Derajat

Di dunia perkerisan jaman sekarang ada dikenal istilah Keris Junjung Derajat. Istilah itu, walaupun sudah umum dikenal di kalangan perkerisan, tetapi terutama dipopulerkan oleh kalangan "pedagang" untuk menaikkan citra dari keris-keris dagangannya, untuk menaikkan nilai jualnya, karena banyak orang yang ingin memiliki keris yang tuahnya bisa mengangkat derajat/kepangkatan yang pada akhirnya akan mengantarkan seseorang pada kekayaan dan kemuliaan.


Istilah Keris Junjung Derajat yang dimaksudkan di atas bukanlah keris-keris berpamor Junjung Derajat, tetapi dimaksudkan untuk keris-keris yang dikatakan tuahnya ampuh dapat menaikkan pangkat / derajat / jabatan seseorang.

Pengertian Keris Junjung Derajat di atas adalah keris-keris yang dikatakan orang tuahnya ampuh dapat menaikkan pangkat/derajat/jabatan kepegawaian yang akhirnya akan menaikkan gaji, kekayaan dan kemuliaan seseorang. 
Pengertian di atas, yaitu tuah junjung derajat, adalah pengertian orang jaman sekarang yang berorientasi pada kepangkatan / kemuliaan, kemakmuran dan kejayaan ekonomi. Padahal sebenarnya pengertian junjung derajat tidaklah sesempit itu maknanya.

Pada dasarnya keris-keris yang masuk dalam pengertian keris junjung derajat ada 2 jenisnya, yaitu keris-keris yang tuah dasarnya adalah untuk wibawa kekuasaan dan keris-keris yang tuah dasarnya untuk kerejekian.

Tetapi secara umum yang dimaksud sebagai Keris Junjung Derajat adalah keris-keris yang bertuah wibawa kekuasaan yang tuahnya diperuntukkan untuk orang-orang yang bekerja sebagai karyawan/pegawai di pemerintahan atau swasta, yang penghasilannya terutama berasal dari gaji/upah. 

Sedangkan keris-keris bertuah kerejekian atau yang pembuatannya dulu untuk kalangan pedagang / pengusaha, diistilahkan orang bukan keris junjung derajat, tetapi keris yang bertuah untuk menderaskan rejeki.

Sebenarnya keris-keris yang bertuah junjung derajat dan yang bertuah menderaskan rejeki bukan hanya berasal dari keris-keris bertuah wibawa kekuasaan dan kerejekian saja, tetapi keris-keris umum yang tuahnya untuk kesaktian, kewibawaan, kesepuhan dan keris-keris keningratan juga dapat memberikan tuah junjung derajat dan menderaskan rejeki, tetapi masing-masing keris itu sifat dasar tuah dan auranya berbeda.


Sesuai filosofi dasar pembuatan keris jawa, tujuan sebuah keris dibuat adalah untuk menjadi pendamping manusia pemiliknya dan membantu kehidupannya dalam bidang :
  • Kesaktian / Ksatriaan
  • Wibawa Kekuasaan
  • Kerejekian
  • Kesepuhan

Walaupun masing-masing keris memiliki kekhususan sendiri-sendiri dan sifat karakter sendiri-sendiri, tetapi secara umum sisi kegaibannya akan mengikuti kehidupan manusia pemiliknya, terutama jika sudah ada penyatuan kebatinan antara manusia si pemilik keris dengan kerisnya.

Jadi, jika sudah ada penyatuan kebatinan antara manusia si pemilik keris dengan kerisnya, maka apapun jenis kerisnya, apapun tuahnya, secara umum sisi kegaibannya akan mengikuti kehidupan manusia pemiliknya.

Masing-masing keris memiliki sifat karakter sendiri-sendiri yang sudah disesuaikan dengan orang pertama pemiliknya dulu, sehingga orang-orang jaman sekarang yang ingin memiliki keris "bekas pakai" milik orang jaman dulu itu harus memilih keris-keris yang cocok untuk dirinya dan ia sendiri harus menyelaraskan dirinya dengan kerisnya, terutama adalah kedekatan kebatinan si manusia pemilik keris dengan kerisnya, sehingga keris-kerisnya itu akan aktif memberikan tuahnya kepadanya.

Jika sudah memberikan tuahnya, semua keris, apapun jenis kerisnya dan tuahnya, terkandung di dalamnya tuah untuk kesaktian / ksatriaan, wibawa kekuasaan, kerejekian dan kesepuhan. Artinya, jika dihubungkan dengan pengertian di atas, yaitu tuah junjung derajat, maka apapun jenis kerisnya dan tuahnya, semua keris mengandung tuah untuk menaikkan derajat pemiliknya hingga dapat mencapai derajat yang tinggi dan mencapai kemuliaan, baik sang pemilik keris bergerak dalam bidang kesaktian, wibawa kekuasaan, kerejekian / ekonomi, maupun yang bergerak di bidang kesepuhan.

Jika si manusia pemiliknya sekarang bergerak dalam bidang kesaktian / ksatriaan, keris-keris itu akan mengilhami / menuntun pada pembelajaran untuk meningkatkan kesaktian, sehingga jika sudah ada penyatuan kebatinan antara pemiliknya dengan kerisnya, maka kerisnya akan mendukungnya mencapai kesaktian yang tinggi dan kejayaan, berwibawa, berkuasa dan dihormati, menjadikan derajatnya melebihi orang lain yang tanpa keris.

Jika si manusia pemilik keris menjadi seorang pejabat di pemerintahan / swasta atau menjadi perwira ketentaraan atau kepolisian, semua keris akan berfungsi sebagai keris yang menunjang wibawa kekuasaan, membuat seseorang dihormati oleh orang lain, baik yang sederajat, atasannya, maupun bawahannya. Unsur tuah kewibawaan akan membuat seseorang dihormati dan dianggap pantas memegang jabatan tertentu, sehingga jika sudah ada penyatuan kebatinan antara si manusia dengan kerisnya, maka kerisnya akan mendukungnya mencapai kepangkatan dan kekuasaan yang tinggi, menjadikan derajatnya melebihi orang lain yang tanpa keris. Sekalipun seseorang belum menjadi seorang pejabat, hanya menjadi karyawan/pegawai/staf biasa saja, jika sudah ada penyatuan kebatinan antara si manusia dengan kerisnya, maka kerisnya itu akan mendukungnya mencapai derajat yang lebih tinggi dan dihormati, melebihi orang lain yang tanpa keris. 

Jika si manusia pemiliknya sekarang bergerak di bidang usaha ekonomi, atau sebagai manusia biasa saja yang hidup untuk mencari rejeki, semua keris akan berfungsi sebagai keris yang menunjang kerejekian. 


Sifat dasar pengasihan dan kewibawaan akan membuat seseorang dikasihi sekaligus dihormati oleh orang lain, baik yang derajatnya sama, lebih tinggi ataupun yang lebih rendah daripada dirinya, dan membantunya juga dalam hubungan sosial. Jika sudah ada penyatuan kebatinan antara si manusia dengan kerisnya, maka kerisnya akan membantu membuka jalan pikiran pemiliknya dan memberikan ide / ilham pemecahan masalah yang berhubungan dengan pekerjaannya dan yang berhubungan dengan pengembangan usaha, memberikan aura yang baik dalam perdagangan, pertanian dan perikanan, dan menjadikannya dipercaya untuk menangani banyak transaksi dan kerjasama usaha, dipercaya untuk menangani banyak urusan atau dipercaya untuk menangani banyak transaksi dan hubungan bisnis. Kerisnya akan membantunya mencapai derajat yang lebih tinggi dan dihormati, melebihi orang lain yang tanpa keris. 

Jika si manusia bergerak di bidang kesepuhan, semua keris akan berfungsi sebagai keris yang menunjang kesepuhan. Jika sudah ada penyatuan kebatinan antara si manusia dengan kerisnya, maka kerisnya akan memberikan pengaruh berupa ketenangan hati, pikiran dan batin, membuka pikiran si pemilik dalam pemecahan masalah, membantu memberikan ide-ide dan ilham (atau wangsit), membantu kesehatan dan ketentraman keluarga dan melancarkan segala urusannya yang berhubungan dengan hubungan sosial di masyarakat. Sisi gaib keris itu juga akan membantu dan mendampingi pemiliknya dalam menekuni keilmuan kesepuhan (kebatinan) dan kerohanian dan mendampinginya menjalani dimensi keilmuan yang lebih tinggi. Kerisnya juga akan memberikan aura perbawa dan wibawa seorang tua pengayom. Kerisnya akan mendukungnya mencapai derajat yang lebih tinggi dan dihormati sebagai seorang sepuh, melebihi orang lain yang tanpa keris. 


Jadi apapun jenis kerisnya dan tuahnya, semua keris mengandung tuah untuk menaikkan derajat pemiliknya hingga dapat mencapai derajat yang tinggi dan mencapai kemuliaan jika sudah ada penyatuan kebatinan antara pemiliknya dengan kerisnya. Tetapi masing-masing keris memiliki sifat karakter sendiri-sendiri yang sudah disesuaikan dengan orang pertama pemilik kerisnya dulu, sehingga dalam memberikan tuahnya sekarang seperti diuraikan di atas masing-masing keris akan memberikan sifat tuah dan aura sendiri-sendiri.

Tuah junjung derajat yang berasal dari keris-keris bertuah kesaktian dan wibawa kekuasaan mengandung sifat dasar kewibawaan yang membuat seseorang dihormati oleh orang lain, baik yang sederajat, atasannya, maupun bawahannya. Unsur tuah kewibawaan akan membuat seseorang dihormati dan dianggap pantas memegang jabatan tertentu. Yang umum dirasakan oleh orang-orang pemiliknya adalah keris-keris tersebut dapat mengangkat derajat dan kepangkatan pemiliknya, menaikkan wibawanya, dan mengamankan posisinya dari persaingan.


Tuah junjung derajat yang berasal dari keris-keris bertuah kerejekian dan kesepuhan mengandung sifat dasar pengasihan yang membuat seseorang dikasihi oleh orang lain, baik yang sederajat, atasannya, maupun bawahannya, dan juga membantunya dalam hubungan sosial. Keris-keris itu juga akan membantu membuka jalan pikiran pemiliknya dan memberikan ide / ilham, sehingga manusia pemiliknya akan mendapatkan ide-ide pemecahan masalah yang berhubungan dengan pekerjaannya dan akan dipercaya untuk menangani banyak urusan atau dipercaya untuk memegang jabatan tertentu. Yang umum dirasakan oleh orang-orang pemiliknya adalah keris-keris tersebut dapat menaikkan kerejekian dan kekayaan / kemuliaan yang berasal dari naiknya kepangkatan atau karena kedekatannya dengan atasan.

Tuah junjung derajat yang berasal dari keris-keris keningratan ada yang mengandung sifat dasar kewibawaan, ada juga yang mengandung sifat dasar pengasihan, tergantung sifat dasar karakter khodam kerisnya masing-masing apakah bersifat kerejekian ataukah kewibawaan. Sesuai istilahnya sebagai keris keningratan, keris-keris itu akan menjadikan pemiliknya tampak elegan, memiliki karisma keagungan tersendiri yang berbeda dengan orang lain. 

Tapi sesuai juga dengan sebutannya sebagai keris keningratan, keris-keris itu akan menyatukan dirinya dan memberikan tuahnya hanya kepada pemiliknya yang mempunyai garis keturunan ningrat.

Mengenai tuah junjung derajat, ataupun tuah menderaskan rejeki, semua keris dapat memberikan tuah itu, tetapi kekuatan tuahnya yang terkait dengan itu sangat bergantung pada penyesuaian si keris terhadap kepribadian dan aktivitas sehari-hari manusia pemiliknya, penyatuan kebatinan antara manusia pemiliknya dengan kerisnya, dan seberapa baik si pemilik keris aktif menunjukkan penyatuan dirinya dengan kerisnya, bukan hanya sekedar mengharapkan keris itu menyatu dengan dirinya dan memberikan tuahnya kepadanya seperti sebuah jimat keberuntungan / kesuksesan / pesugihan.

Syarat dasar sebuah keris dapat menjadi optimal manfaat tuahnya :
  • Kerisnya sudah menyatu dengan pemiliknya. Salah satu bentuknya adalah khodamnya sudah mendampingi manusia pemiliknya (berlaku seperti khodam pendamping), atau khodamnya tidak keluar dari kerisnya untuk mendampingi pemiliknya, tetapi dari dalam kerisnya mengawasi kehidupan manusia pemiliknya.
  • Pemiliknya aktif berinteraksi batin dengan kerisnya, menunjukkan tujuan-tujuan dan posisi-posisi yang ingin dicapainya untuk mengsugesti kerisnya supaya memfokuskan perhatiannya untuk membantu membukakan jalannya.
  • Pemiliknya peka rasa dan firasat untuk "mendengarkan" kontak / bisikan gaib dari kerisnya dan ide / ilham (dan mimpi) yang akan menuntunnya pada perbuatan-perbuatan tertentu atau peluang-peluang tertentu yang harus dimanfaatkannya, sehingga setelah menjalankan perbuatan-perbuatan dan peluang-peluang yang ditunjukkan oleh kerisnya itu sang pemilik keris bisa mendapatkan manfaat dari tindakannya itu yang akhirnya akan menaikkan derajat, kehormatan dan citra dirinya. 
  • Pemiliknya peka rasa dan firasat untuk mendengarkan petunjuk kerisnya yang akan menjauhkannya dari kesulitan.

Jika si pemilik keris mampu peka rasa dan firasat, bisa "mendengarkan" bisikan / ide / ilham dari kerisnya, maka selain memberikan aura tuah yang akan mendukung aktivitas sang pemilik, kerisnya akan bersikap sebagai sosok pendamping (teman dari alam gaib) yang akan memberikan arahan dan petunjuk tentang apa yang harus dilakukannya, arahan dan petunjuk tentang hambatan / kesulitan yang harus dihindari dan ide / ilham untuk pemecahan masalah.

Jika syarat-syarat dasar di atas tidak terpenuhi, dan jika si pemilik keris tidak mampu peka rasa dan firasat, tidak bisa "mendengarkan" bisikan/ide/ilham dari kerisnya, maka akan ada banyak petunjuk dan arahan yang tidak diketahuinya, akan ada banyak petunjuk peluang dan kesempatan dan ide/ ilham pemecahan masalah yang tidak dimanfaatkannya dan akan ada hambatan / kesulitan yang tidak dapat dihindarinya, karena petunjuk keris-kerisnya tidak didengarnya. 

Jika begitu maka apapun jenis keris dan tuahnya, si pemilik keris tidak akan dapat mengoptimalkan manfaat dari kerisnya, sehingga kerisnya itu tidak dapat optimal dimanfaatkannya untuk membantunya menaikkan derajatnya, menjadi sama saja dengan keris-keris lainnya yang pemiliknya tidak mampu mengoptimalkan manfaatnya. Dalam hal ini si pemilik keris memegang peranan sentral yang menentukan akan menjadi sejauh apa dirinya dengan kerisnya.

Uraian di atas maksudnya adalah kita harus bisa memperlakukan keris kita seolah-olah dia adalah teman kita dari alam gaib. Kita bisa berinteraksi, bisa minta ditunjukkan jalan usaha kita, bisa minta diberikan ide-ide untuk pemecahan masalah pribadi, kantor ataupun keluarga, petunjuk mengenai atasan kita, rekan sekerja, rekanan usaha, prospek produk kita, petunjuk ide alternatif usaha, petunjuk cara-cara berhubungan dengan seorang rekanan, dsb. 

Untuk itu diperlukan kemampuan menyampaikan sugesti (kontak batin) kepada gaib kerisnya dan kemampuan peka rasa dan firasat untuk "mendengarkan" suara gaib kerisnya yang berupa bisikan gaib, ide dan ilham (dan mimpi).

Untuk maksud di atas tidak harus kita sering memegang / mengeluarkan keris kita. Cukup asalkan kita bisa fokus batin dan peka rasa untuk berinteraksi dengan sosok gaibnya, apalagi kalau sosok gaib kerisnya sudah mendampingi keseharian kita. Dengan demikian perilaku kita dalam memiliki sebuah keris yang lebih dituntut adanya kedekatan hati dan interaksi batin haruslah dibedakan dengan memiliki sebuah benda jimat yang untuk mendapatkan tuahnya hanya perlu dipakai saja atau dikantongi dibawa-bawa.

Dengan mengikuti laku di atas, maka selain tuah asli dari kerisnya, kita juga akan mendapatkan manfaat dari petunjuk-petunjuk yang kita terima yang juga akan menjauhkan kita dari masalah, sehingga kita bisa terus maju naik ke atas, bukannya sekedar jalan di tempat atau malah terjebak di dalam kesulitan.

Dengan memahami uraian di atas, maka janganlah anda termotivasi untuk mencari dan membeli keris-keris yang dikatakan orang sebagai keris junjung derajat, atau yang dikatakan sebagai bertuah menderaskan rejeki, karena keris-keris milik anda pun sebenarnya dapat memberikan tuah tersebut, jika anda dapat mengoptimalkan manfaatnya. Keris-keris yang akan anda beli, yang dikatakan sebagai keris junjung derajat atau bertuah menderaskan rejeki, belum tentu nantinya tuahnya akan sama seperti yang anda harapkan, belum tentu hasilnya sama dengan yang diiklankan, karena ada persyaratan seperti tertulis di atas yang harus dipenuhi, lagipula belum tentu keris tersebut cocok untuk anda. 

Lagipula keris-keris tersebut, pemiliknya mungkin tidak dapat merasakan tuahnya yang berupa junjung derajat atau menderaskan rejeki, sehingga keris itu dijualnya. Jika anda membeli keris itu, mungkin anda akan bernasib sama seperti pemiliknya dulu, tidak dapat merasakan tuahnya, tidak seperti yang diiklankan.

Sekalipun keris-keris tersebut sudah anda beli dan sudah anda miliki, kekuatan tuahnya yang terkait dengan junjung derajat atau menderaskan rejeki, sangat bergantung pada penyesuaian si keris terhadap kepribadian dan aktivitas sehari-hari anda pemiliknya, penyatuan antara anda dengan keris anda, dan seberapa baik anda aktif menunjukkan penyatuan diri anda dengan kerisnya, jangan hanya sekedar mengharapkan keris itu menyatu dengan anda dan memberikan tuahnya kepada anda seperti halnya sebuah jimat keberuntungan / kesuksesan.


Dalam hal ini kita perlu belajar bagaimana seharusnya kita memperlakukan keris kepada orang-orang sukses/pejabat yang kesuksesannya didampingi oleh keris-kerisnya. Mereka yang sudah merasakan keris-kerisnya ampuh bertuah junjung derajat atau menderaskan rejeki tidak akan mau menjual keris-kerisnya itu berapapun harganya. Lebih baik kalau kerisnya itu diturunkan kepada anak-cucunya.

Jadi jika anda ingin memiliki sebuah keris janganlah karena didasari hasrat akan tuahnya, jangan sekedar mengikuti apa kata orang, jangan termakan rayuan iklan, karena sebuah keris memiliki karakteristik tersendiri yang tidak sama dengan benda jimat atau benda-benda bertuah lain. 

Bila anda sudah memiliki keris, sebaiknya anda peka rasa, membuka hati dan pikiran anda supaya anda dapat menerima pesan-pesan dari keris-keris anda untuk anda jalankan dalam kehidupan anda, sehingga dengan perbuatan-perbuatan anda yang berdasarkan bimbingan keris-kerisnya, anda bisa mendapatkan manfaatnya, dan keris-keris anda bukan hanya berpotensi menjadi keris junjung derajat, tapi dengan anda menjalankan bimbingan-bimbingannya tersebut keris-keris anda benar-benar menjadi keris junjung derajat.

Jadi, jangan anda terdorong untuk memiliki banyak keris atau berburu mencari keris-keris yang dikatakan ampuh. Kalau sudah punya satu tapi anda tidak bisa mengoptimalkan manfaatnya, untuk apa punya banyak ?  Nantinya malah akan membebani hidup anda.

Pada masa sekarang juga dikenal adanya keris dengan nama Keris Umyang (Umyang Jimbe), yang katanya bertuah ampuh untuk kerejekian / kekayaan. 

Istilah keris umyang ini beredar luas di kalangan pedagang untuk menarik orang membeli kerisnya, karena banyak orang yang menginginkan benda-benda yang bertuah mendatangkan kekayaan (menjurus pesugihan, dijadikan sarana ngalap berkah). Kebanyakan yang dikatakan sebagai Keris Umyang adalah yang dapurnya putut kembar.

Sebenarnya yang disebut keris umyang adalah keris-keris buatan Empu Umyang. Semasa hidupnya beliau sudah membuat sekitar 25 buah keris. 

Kebanyakan adalah pesanan dari orang-orang kaya pembesar kerajaan, orang-orang kaya tuan tanah dan para saudagar kaya. Bentuk dapurnya bermacam-macam, tidak hanya putut kembar. Keris-keris Umyang itu terkenal sekali keampuhan tuahnya yang bisa membawa manusia pemiliknya menjadi berkelimpahan dalam kekayaan.

Tetapi keris-keris jaman sekarang yang dikatakan sebagai keris umyang itu bukanlah semuanya sungguh-sungguh keris buatan Empu Umyang. Itu hanyalah akal-akalan pedagang keris yang mendompleng ketenaran keampuhan tuah keris Empu Umyang. Tapi tidak apa-apa kalau anda ingin membeli keris-keris itu, tetapi sebaiknya tanamkan dalam hati dan pikiran anda, bahwa walaupun keris-keris itu dikatakan orang sebagai keris Empu Umyang, tetapi keris-keris itu belum tentu sesungguhnya adalah keris buatan Empu Umyang, dan tuahnya belum tentu ampuh dan sama seperti keris Umyang yang asli, tetapi anda tertarik membelinya karena mengharapkan tuahnya yang dikatakan sebagai keris umyang. Untung-untungan. Mudah-mudahan benar ampuh bertuah.

Untuk mencoba mencaritahu apakah keris-keris yang sudah anda miliki berpotensi menjadi keris junjung derajat berikut semua persyaratannya, silakan dicoba keris-keris anda ditayuh.

Maksudnya, dengan cara menayuh itu diharapkan kita akan menjadi lebih tahu potensi dari keris-keris kita, bagaimana perlakuan kita supaya potensi itu bisa terwujud, dan bagaimana perawatan dan sesaji yang seharusnya, apakah ada perlakuan dan sikap kita yang masih kurang, yang menyebabkan potensi itu tidak bisa terwujud, atau apakah ada yang belum kita lakukan sehingga potensi itu belum terwujud.

Jadi tujuan menayuh itu adalah untuk mengenal potensi kerisnya, juga untuk mengenal potensi kita sendiri bersama kerisnya. Karena keris bersifat mendampingi, maka kita sendiri harus bisa sejalan dengan kerisnya, bukan sekedar mengharapkan tuahnya bekerja sendiri seperti sebuah jimat keberuntungan dan kesuksesan. Ibaratnya seperti sahabat seiring sejalan yang saling mengerti dan saling membantu. Kita sendiri harus peka rasa dan firasat, supaya bisa mendengarkan arahan dan petunjuk dari khodam kerisnya yang akan menuntun jalan kita. Kalau kita bisa begitu, kita akan tahu jalan kita ke depan, terbuka atau tertutup, atau apakah ada lubang yang harus dihindari, sehingga kemudian akan tampak jelas jalan yang harus kita lalui, bahkan bisa menjadikan kita seolah-olah menjadi seperti bisa meramal.

Sumber : Javanese 2000
Pemindahtanganan & Mahar Keris

Pemindahtanganan & Mahar Keris

Pemindahtanganan & Mahar Keris - Pada awalnya sulit bagi saya pribadi untuk mengetahui seluk beluk mengenai keris. Suatu kebudayaan umumnya ditularkan secara turun temurun. Namun pada era sekarang globalisasi telah membuat banyak sekali perubahan secara cepat dan dramastis. Orang tua yang berpendapat minor mengenai keris, baik secara langsung maupun tidak langsung, akan mempengaruhi sudut pandang anaknya mengenai keris. Maka tidaklah heran bila kita mendengar sebuah cerita dari seseorang yang mengatakan orang tuanya memiliki berbagai macam koleksi, tetapi akhirnya disia-siakan. Dan kita seolah-olah terbangun dari mimpi ketika negara lain membuat pernyataan bahwa keris berasal dari hasil kebudayaan mereka. Lalu hendak dibawa kemana budaya perkerisan nasional sekarang ini? Apa yang kita harapkan dari generasi mendatang terhadap budaya keris nasional?


Saya sendiri mengenal keris bermula dari keris milik orang tua seorang teman yang secara simbolis (tersirat) menceritakan filosofi kehidupan manusia yang dihubungkan dengan filosofi keris. Hal ini membuat saya pribadi menjadi bertanya-tanya, ada apa dengan budaya keris? Mengapa begitu disakralkan dan seolah-olah membuat rasa ingin tahu yang lebih banyak. Sementara orang tua saya sendiri berpandangan minor terhadap budaya keris.
Pada awal perjalanan memulai mengkoleksi keris, banyak sekali kendala-kendala yang saya alami. Banyak pihak yang memiliki sudut pandang yang beraneka macam mengenai budaya keris yang berujung pada kekecewaan saya pribadi. Walaupun saya sedikit-sedikit mulai memahami konsep budaya keris tersebut, namun hingga saat ini masih banyak pertanyaan-pertanyaan yang muncul yang saya pribadi belum merasa puas dengan jawabannya. 

Haruskah dalam memahami budaya keris harus juga memahami seluk beluk pemikiran mistis budaya Jawa?

Dari pengalaman saya pribadi ketika melepas / memindahtangankan keris ageman tidak pernah mengalami kendala. Namun bila keris tersebut termasuk keris tayuhan, maka ada saja masalah yang muncul.  Sulit diakui secara nalar, bahkan banyak orang berpendapat hal tersebut hanya bersifat sugesti semata. Misalnya pada saat saya mendapatkan pemberian secara hibah sebuah keris berdapur tilam sari, diperkirakan tangguh singosari, karena merasa kurang cocok maka saya pindahtangankan kepada seorang teman lain. Namun terdengar kabar sebulan kemudian anak kedua teman tersebut mengalami sakit muntaber yang kemudian tak tertolong. Selanjutnya, karena merasa was-was, ia menyerahkan keris tersebut kepada rekannya yang lain. Hal yang sama terjadi juga demikian, dari masalah pertengkaran keluarga, hingga ia wafat karena sakit. Apakah hal ini berhubungan dengan keris tersebut? Hingga saat ini saya tidak mengetahui keberadaan keris tersebut, namun rasa bersalah secara tidak langsung telah menghakimi saya sebagai penyebab musibah yang menimpa orang lain.

Berdasarkan pengalaman tersebut saya mencoba untuk mengetahui permasalahan dan solusi dari beberapa sumber referensi, baik buku, pengalaman rekan-rekan, maupun kolektor keris. Dari cara-cara tersebut saya mendapatkan suatu pemahaman, bahwa proses pengalihan kepemilikan sebuah keris tidaklah sama dengan konsep jual beli pada umumnya. Dan istilah mahar atau mas kawin, tidaklah sama dengan konsep harga jual sebuah benda.

Pemahaman jual beli pada umumnya berdasarkan konsep ekonomi dan hukum yang berasal dari budaya Eropa, sedangkan konsep mahar menurut konsep filosofi budaya jawa lebih menyangkut pada konsep pemikiran mistis budaya Jawa. Artinya konsep mahar bukanlah berdasarkan atas asas rasa keadilan, namun sebagai salah satu bagian tahapan ritual, dari pengalihan kepemilikan sebuah keris.

Dalam hal pemindah-tanganan sebuah keris, bagi pedagang keris dan (mungkin) kolektor keris, sebuah keris akan diserahkan kepada pemiliknya yang baru jika  ‘mahar’-nya sesuai.  Tetapi bagi user, karena ada ikatan batin antara keris dan pemiliknya, sebaiknya jangan mengambil  ‘keuntungan’ dari harga / mahar pemindah-tanganan keris. Besarnya nilai nominal sebuah keris tayuhan lebih mengutamakan rasa toleransi antara pemilik lama dengan pemilik baru dan tidaklah harus berbentuk uang.

Bagi calon pemilik keris, meminang sebuah keris baru dapat diibaratkan anda meminang seorang gadis yang akan dijadikan istri. Sebaiknya menanyakan terlebih dahulu apakah gadis tersebut merasa cocok dengan anda dan mau mengikut / menjadi istri anda. Aspek pentingnya adalah supaya kedua belah pihak sama-sama merasa nyaman dan tidak ada rasa keberatan dari pihak manapun yang mungkin akan dapat menjadi masalah di kemudian hari.

Bagi pemilik lama keris yang bersangkutan, bila sudah memutuskan untuk memindahtangankan keris tersebut kepada seseorang, sebaiknya jangan mengambil ‘keuntungan’ dari besarnya mahar yang ingin ia terima. Aspek pentingnya adalah jangan sampai ada rasa sakit hati dari pihak si keris, karena merasa dirinya ‘dijual’ dan dihargai sebesar maharnya itu.

Dari pengalaman saya, pengalihan sebuah keris tayuhan akan memberi dampak, secara langsung maupun tidak langsung, terhadap pemilik lama maupun pemilik yang baru. Mudah-mudahan keris tersebut tidak menciderai pemilik lama dan dapat selaras dengan jalan hidup pemiliknya yang baru.

Maka amat disarankan untuk menggunakan jasa ahli tanjeg dalam pengalihan sebuah keris tayuhan, untuk menilai kecocokkan sebuah keris dengan calon pemiliknya yang baru, dan mengetahui apakah keris tersebut mau dipindahtangankan kepada orang tersebut, mungkin termasuk juga untuk menilai kepantasan mahar keris tersebut.

NB* tulisan ini hanyalah pandangan subjektif dari penulis. Jika ada yang kurang berkenan maka kami mohon maaf atas kekurangannya karena keterbatasan kami.

Sumber : Willy H
Hakekat Keningratan dan Hubungannya dengan Keris

Hakekat Keningratan dan Hubungannya dengan Keris

Hakekat Keningratan dan Hubungannya dengan Keris - Sejak jaman dulu sampai sekarang orang memandang istilah keningratan hanya dari statusnya saja yang adalah anggota kalangan ningrat/bangsawan dan keturunannya saja, sehingga pada jaman sekarang ini yang orang lebih memandang segala sesuatunya dari sisi status, jabatan dan kekayaan, akan banyak menyepelekan istilah dan status keningratan. 


Jika dihubungkan dengan keris dan wahyu keris, dewa dan wahyu dewa, pengertian keningratan tidak sebatas sekedar status orangnya yang ningrat atau keturunan ningrat, tetapi lebih dari itu, ada makna yang lebih dalam daripada hanya itu, karena yang diharapkan oleh para dewa juga lebih dari pada hanya itu.
Dalam sudut pandang para dewa, yang juga terkait dengan wahyu-wahyunya yang diturunkan kepada manusia, keningratan adalah suatu kondisi status dan moral yang sepatutnya dari orang-orang di kalangan itu yang status dan derajat mereka itu menjadi teladan dan panutan bagi banyak orang di lingkungan mereka. Pengertian keningratan ini ada juga hubungannya dengan makna istilah Ksatriya dalam pengertian kasta di masyarakat.

Orang-orang yang menjadi raja / adipati / bupati, anggota keluarganya, kerabatnya dan keturunannya, dan orang-orang yang memegang jabatan pemerintahan kerajaan, kadipaten sampai lurah, umumnya diakui dan dihormati status dan wibawanya di masyarakat, menjadi orang-orang priyayi yang dihormati dan dijadikan teladan dan panutan oleh banyak orang karena perilakunya yang juga terhormat, yang kepada mereka itu orang akan antusias untuk mengabdikan dirinya.

Kalangan ningrat menjaga status dan kehormatan mereka dengan perilaku mereka yang terhormat. Tidak akan mereka menunjukkan perilaku rendah dan tidak terhormat. Perilaku suka mencuri, suka berkata-kata kotor, dsb biasanya tidak ditonjolkan. Dan mereka tidak akan ikut-ikutan masuk ke dalam lingkungan orang-orang yang suka menjelek-jelekkan orang lain, lingkungan yang penuh dengan iri dan dengki, suka judi, mabuk-mabukan, pelacuran, kemaksiatan, dsb, lingkungan orang-orang yang berkepribadian rendah. Kalangan ningrat akan memelihara wibawa dan kelas pribadinya yang tinggi, menjadi orang-orang yang berkepribadian tinggi, yang baik, yang mulia dan terhormat, dengan perbuatan-perbuatan yang juga berwibawa, baik, mulia dan terhormat, cerminan dari orang-orang yang berkepribadian tinggi. 

Memang ada juga di antara kalangan ningrat itu yang tidak menjaga kehormatan. Ada yang perilakunya jelek seperti disebut di atas, perilaku-perilaku yang tidak terpuji, tidak mulia, hanya menonjolkan statusnya saja sebagai orang ningrat dan kaya. Yang seperti itu diartikan bahwa orang itu memang adalah keturunan ningrat, tetapi orangnya sendiri tidak ningrat, dan tidak menghargai keningratan (tidak menghargai keningratan dirinya sendiri). 

Kepribadiannya rendah, tidak tinggi. Derajatnya rendah sebagai seorang ningrat. 

Sejalan dengan itu yang dimaksud dengan istilah ningrat dan keningratan, dan yang terkait dengan wahyu keris, keris keningratan, dewa dan wahyu dewa, adalah orang-orang ningrat dan keturunan ningrat yang benar-benar menjaga wibawa dan derajat kepribadiannya yang tinggi sebagai seorang ningrat, yang menghargai keningratan dirinya sendiri. Itulah yang dihargai dewa, dan keris-keris keningratan diperuntukkan untuk mereka itu, bukan untuk orang-orang ningrat yang rendah kepribadiannya, yang tidak menghargai keningratan dirinya sendiri, yang keris-keris dan wahyu tidak akan antusias bersama mereka, akan lemah pengaruhnya jika dimiliki oleh mereka.

Sejalan dengan itu, kondisi ideal orang-orang ningrat (dan yang menghargai keningratan) seperti disebut di atas adalah yang dihargai dewa. Karena keris jawa bersifat wahyu, maka apapun jenis keris yang dimiliki oleh orang-orang ningrat dan keturunan ningrat dan yang menghargai keningratan dirinya sendiri itu, walaupun aslinya bukan keris keningratan, semuanya akan mewujud menjadi keris keningratan, wahyunya akan menjadi berkah baginya. 

Tetapi keris-keris itu, yang aslinya bukan keris keningratan, akan kembali lagi kepada kondisi aslinya yang bukan keris keningratan ketika berpindahtangan kepada orang lain yang bukan ningrat dan tidak menghargai keningratan.

Pada jaman sekarang ini pengertian dan istilah ningrat dan keningratan di atas, dan yang terkait dengan keris keningratan, dewa dan wahyu dewa, tetap berlaku. Istilah itu berlaku bukan untuk orang-orang yang hanya sekedar berstatus keturunan ningrat saja, tetapi untuk mereka keturunan ningrat yang menghargai keningratan dirinya sendiri, yang menjaga wibawa dan derajat kepribadiannya yang tinggi dengan perilaku dan perbuatan-perbuatan yang baik dan terhormat. Keris-keris keningratan adalah untuk mereka itu, bukan untuk orang-orang keturunan ningrat yang kepribadiannya rendah, yang tidak menghargai keningratan dirinya sendiri, yang keris-keris tidak akan antusias bersama mereka, akan lemah pengaruhnya jika dimiliki oleh mereka.

Sejalan dengan itu, apapun jenis keris yang dimiliki oleh orang-orang jaman sekarang yang keturunan ningrat dan yang menghargai keningratan dirinya sendiri, walaupun aslinya bukan keris keningratan, semuanya akan mewujud menjadi keris keningratan, wahyunya akan menjadi berkah baginya. 

Tetapi keris-keris itu, yang aslinya bukan keris keningratan, akan kembali lagi kepada kondisi aslinya yang bukan keris keningratan ketika berpindahtangan kepada orang lain yang bukan ningrat dan tidak menghargai keningratan.
Wahyu Keris Jawa di Jaman Sekarang

Wahyu Keris Jawa di Jaman Sekarang

Wahyu Keris Jawa di Jaman Sekarang - Secara umum semua keris mengandung sifat-sifat wahyu wibawa dan derajat dan wahyu spiritual / kesepuhan yang masing-masing sifat wahyunya itu akan menyesuaikan dirinya dengan orang si pemilik keris, yang akan membantu mengangkat derajat orangnya sesuai jalan kehidupannya masing-masing, baik orangnya di dalam dirinya memiliki wahyu ataupun tidak. Keris-keris itu bersifat umum, boleh dimiliki oleh orang kebanyakan.


Tetapi keris-keris di atas adalah keris-keris yang bersifat khusus, yang sifat-sifat khusus wahyu di dalamnya, wahyu keraton, kepangkatan dan derajat dan wahyu keningratan tidak bisa begitu saja diterima oleh semua orang yang menjadi pemilik kerisnya. Keris-keris itu hanya akan bekerja kegaibannya, hanya akan menyatu dan memberikan tuahnya kepada orang-orang tertentu saja yang cocok untuk menjadi wadah wahyunya.

Pada masa sekarang ini keris-keris di atas masih berfungsi dan bertuah yang sama bila keris-keris itu dimiliki oleh orang-orang yang memiliki wahyu keraton, kepangkatan dan derajat dan wahyu keningratan. Tetapi bila pemiliknya tidak memiliki wahyu-wahyu tersebut, maka keris-keris itu menyesuaikan dirinya dengan keadaan yang sekarang, yaitu mewujud menjadi Keris Keningratan. 

Jadi selain yang aslinya adalah keris keningratan, keris keningratan pada jaman sekarang ini bisa adalah perwujudan dari keris di atas, di dalamnya terkandung berbagai macam jenis wahyu, baik wahyu keraton, kepangkatan dan derajat, wibawa dan derajat, spiritual dan kesepuhan, dan wahyu keningratan itu sendiri, tetapi semua wahyu itu akan mewujud menjadi wahyu keningratan saja. 

Jadi secara umum semua jenis keris tersebut di atas adalah yang pada masa sekarang disebut Keris Keningratan , yaitu keris-keris yang bersifat khusus yang hanya patut dimiliki oleh orang-orang tertentu saja yang sesuai dengan tujuan keris-keris itu diciptakan, bukan untuk orang kebanyakan.

Keris-keris di atas mau mengikut / dimiliki oleh seorang keturunan ningrat, tetapi hanya akan berlaku sebagai keris keningratan saja jika orangnya tidak memiliki wahyu keraton, wahyu kepangkatan dan derajat atau wahyu keningratan di dalam dirinya.

Masing-masing sifat wahyu di dalamnya akan menyesuaikan dirinya dengan karakter, kepribadian, status dan jalan kehidupan orang si pemilik keris, sehingga si pemilik keris tidak akan menerima keseluruhan sifat-sifat wahyunya itu, yang akan diterimanya hanyalah yang sejalan saja dengan kepribadian dan jalan hidupnya (dan interestnya).

Sebagai keris keningratan sisi kegaiban di dalamnya membawakan sifat-sifat wahyu keningratan yang akan menjadikan manusia pemiliknya tampak elegan, berwibawa dan penuh karisma keagungan. Jika sudah terjadi keselarasan dengan pemiliknya, keris-keris itu akan membantu mengangkat derajat hidup pemiliknya kepada derajat yang tinggi dan kemuliaan.

Pengertian keris keningratan tidak diartikan sebagai semua keris yang dulunya pemiliknya adalah seorang bangsawan / ningrat. Keris apapun bisa saja pemiliknya dulu adalah seorang ningrat / bangsawan, atau raja, tetapi kerisnya itu sendiri belum tentu adalah keris keningratan.

Secara sempit pengertian keris keningratan adalah keris-keris yang pembuatannya dulu hanya ditujukan untuk kalangan ningrat saja, bukan untuk orang lain yang tidak ada garis keturunan ningrat. Tetapi secara umum pada jaman sekarang ini yang tergolong sebagai keris keningratan adalah semua jenis 
Wahyu pada Jeny Melanie

Wahyu pada Jeny Melanie

 Sisi kegaiban keris jawa bersifat wahyu - Wahyu pada Jeny Melanie

Tujuan spiritual tertinggi pembuatan keris jawa adalah untuk dipasangkan kepada orang-orang yang memiliki wahyu dewa di dalam dirinya. Keris keraton yang di dalamnya terkandung wahyu keraton pembuatannya ditujukan untuk dipasangkan dengan orang-orang yang sudah memiliki wahyu keraton di dalam dirinya. 


Orang-orang yang memiliki wahyu keraton di dalam dirinya, sekalipun ia tidak memiliki sebuah keris keraton, apapun jenis keris jawa yang dimilikinya, semua keris-kerisnya itu akan mewujud menjadi keris-keris keraton. Keris-kerisnya itu akan menunjang wahyu keraton di dalam dirinya, mengimbangi dirinya yang sudah memiliki wahyu keraton.

Tetapi keris-keris itu, yang aslinya bukan keris keraton, akan kembali lagi kepada kondisi aslinya yang bukan keris keraton setelah berpindahtangan kepada orang lain yang tidak memiliki wahyu keraton di dalam dirinya. Keris-keris yang mengandung di dalamnya wahyu kepangkatan dan derajat pembuatannya ditujukan untuk dipasangkan dengan orang-orang yang memiliki wahyu kepangkatan dan derajat di dalam dirinya. 
Orang-orang yang sudah memiliki wahyu kepangkatan dan derajat di dalam dirinya, sekalipun dirinya tidak memiliki sebuah keris jenis itu, apapun jenis keris yang dimilikinya, semua keris-kerisnya itu akan mewujud menjadi keris kepangkatan dan derajat. Keris-kerisnya akan menunjang wahyu kepangkatan dan derajat di dalam dirinya, mengimbangi dirinya yang sudah memiliki wahyu kepangkatan dan derajat.

Tetapi keris-keris itu, yang aslinya bukan keris wahyu kepangkatan dan derajat, akan kembali lagi kepada kondisi aslinya setelah berpindahtangan kepada orang lain yang tidak memiliki wahyu kepangkatan dan derajat di dalam dirinya.

Keris keningratan yang di dalamnya terkandung wahyu keningratan pembuatannya ditujukan untuk dipasangkan dengan orang-orang yang memiliki wahyu keningratan di dalam dirinya atau untuk orang-orang yang ningrat dan keturunan ningrat. 

Orang-orang yang sudah memiliki wahyu keningratan di dalam dirinya, sekalipun dirinya tidak memiliki sebuah keris keningratan, apapun jenis keris yang dimilikinya, semua keris-kerisnya itu akan mewujud menjadi keris keningratan, keris-kerisnya akan menunjang wahyu keningratan dalam dirinya, mengimbangi dirinya yang sudah memiliki wahyu keningratan.

Tetapi keris-keris itu, yang aslinya bukan keris keningratan, akan kembali lagi kepada kondisi aslinya yang bukan keris keningratan setelah berpindahtangan kepada orang lain yang bukan ningrat.
Hierarki Kelas Keris Pusaka dan Wahyunya

Hierarki Kelas Keris Pusaka dan Wahyunya

Hierarki Kelas Keris Pusaka dan Wahyunya - Keris-keris yang paling tinggi bersifat khusus adalah yang disebut Keris Keraton. Keris keraton adalah keris yang paling tinggi tingkatannya dan bersifat khusus, hanya untuk orang yang memiliki wahyu keraton saja di dalam dirinya.


Pengertian keraton bukanlah semata-mata sebuah bangunan keraton yang menjadi istana raja/adipati/ bupati. Sebuah keraton melambangkan kebesaran sebuah pemerintahan. Bangunannya sendiri hanyalah simbol saja dari adanya sebuah pemerintahan. 

Pengertian keraton terbagi dalam 3 tingkatan, yaitu keraton kerajaan, keraton kadipaten dan keraton kabupaten, sehingga pengertian keraton ini meliputi, sesuai tingkatannya masing-masing, kekuasaan dan kebesaran pemerintahan sebuah kerajaan, kadipaten dan kabupaten.
Dan yang dimaksud sebagai Keris Keraton bukanlah semua keris yang dimiliki oleh sebuah keraton, bukan semua pusaka kerajaan dan bukan semua keris yang menjadi perbendaharaan sebuah keraton dan disimpan di dalam ruang pusaka kerajaan.

Keris Keraton adalah keris/tombak/payung raja atau pusaka bentuk lain yang di dalamnya terkandung Wahyu Keraton yang dalam pembuatannya khusus ditujukan untuk dipasangkan dengan wahyu kepemimpinan pemerintahan kenegaraan (wahyu keraton) yang sudah ada pada orang yang menjadi pemimpin di sebuah keraton untuk nantinya menjadi pusaka lambang kebesaran keraton tersebut (kerajaan, kadipaten/kabupaten).

Sebuah keris keraton baru akan menyatu dan memberikan tuahnya kepada seorang manusia pemiliknya yang memiliki wahyu keraton di dalam dirinya, atau kepada seorang pemiliknya yang cocok untuk menjadi wadah wahyunya.

Keris Keraton  dan  Keris Pusaka Kerajaan sulit membedakannya. 

Di dalam sebuah Keris Keraton terkandung di dalamnya apa yang disebut Wahyu Keraton. Orang harus memiliki spiritualitas yang tinggi untuk bisa membedakan kandungan wahyu di dalam masing-masing keris untuk bisa membedakan mana yang adalah Keris Keraton yang mengandung wahyu keraton di dalamnya dan mana yang bukan Keris Keraton tetapi dijadikan Pusaka Kerajaan dan diperlakukan sama seperti sebuah Keris Keraton.

Sebuah Keris Keraton tidak boleh dipakai oleh sembarang orang, termasuk walaupun ia adalah anak seorang raja. Hanya orang-orang yang dirinya sudah menerima wahyu keraton saja yang boleh memakainya, sehingga wahyu yang sudah ada di dalam orang itu dan wahyu dari kerisnya akan mewujudkan sebuah sinergi kegaiban, yang kegaibannya tidak akan bisa disamai oleh jenis pusaka apapun. 

Keris Keraton yang dalam pembuatannya khusus ditujukan untuk menjadi pusaka lambang kebesaran sebuah keraton (kerajaan, kadipaten / kabupaten), yang maksud pembuatannya ditujukan untuk dipasangkan dengan wahyu keraton atau wahyu kepemimpinan kenegaraan yang sudah ada pada diri seseorang, memiliki tuah yang luar biasa, yang tidak bisa disejajarkan dengan keris-keris yang umum ataupun jimat-jimat dan mustika. Selain biasanya kerisnya berkesaktian tinggi, tuah dan wibawanya pun tidak sebatas hanya melingkupi diri manusia pemakainya, tetapi melingkupi suatu area yang luas yang menjadi wilayah kekuasaan yang harus dinaunginya. Biasanya isi gaibnya juga adalah raja dan penguasa di alamnya. Karakter isi gaibnya menyerupai perwatakan wahyu keprabon yang menjadikan para mahluk halus dan manusia di dalam lingkup kekuasaannya menghormati si keris dan si manusia sebagai pemimpin dan penguasa di wilayah itu.

Contoh Keris Keraton adalah Keris Nagasasra dan Keris Sabuk Inten, sepasang keris yang dulu menjadi lambang kebesaran keraton Majapahit. 

Setelah masa kerajaan Majapahit berakhir dan kekuasaan pemerintahan berpindah ke kerajaan Demak, sepasang keris Nagasasra dan Sabuk Inten juga diambil dan dipindahkan ke Demak, dijadikan lambang kebesaran kerajaan Demak, tetapi sayangnya, di Demak itu wahyu kerisnya tidak bekerja.

Contoh pusaka yang dijadikan Pusaka Kerajaan adalah pusaka Bende Mataram yang dulu digunakan oleh kerajaan Mataram (Panembahan Senopati) untuk menaikkan semangat tempur prajurit Mataram, sekaligus ditujukan untuk merusak psikologis musuh, pada saat tentaranya berperang melawan tentara kerajaan Pajang (Sultan Adiwijaya).

Contoh Pusaka Kerajaan lainnya adalah pusaka tombak Kyai Plered yang dijadikan pusaka lambang kerajaan Mataram, sebuah pusaka yang dulu diberikan oleh Adipati Adiwijaya (Sultan Adiwijaya) kepada Sutawijaya sebagai bekal untuk mengalahkan Raden Arya Penangsang, yang kemudian mengantarkan Sutawijaya menjadi penguasa Mataram (Panembahan Senopati).


Keris Keraton mengandung di dalamnya apa yang disebut sebagai Wahyu Keraton. 

Sesuai sebutannya sebagai Keris Keraton, keris-keris itu mengandung di dalamnya apa yang disebut sebagai Wahyu Keraton, yaitu wahyu kepemimpinan pemerintahan kenegaraan, yang akan dapat mengantarkan si manusia pemilik keris kepada posisi yang tinggi menjadi seorang kepala pemerintahan, menjadi raja / kepala negara, atau kepala daerah, sesuai kelas dan peruntukkan kerisnya (sesuai tingkatan wahyu kerisnya). 

Keris-keris keraton ini sulit dibedakan jika kita hanya melihat bentuk fisiknya saja, karena hanya bisa diketahui dengan memeriksa kandungan wahyu keris di dalamnya. Karena itu orang harus memiliki spiritualitas yang tinggi untuk bisa membedakan kandungan wahyu di dalamnya, untuk bisa membedakan mana yang sungguh-sungguh keris keraton dan mana yang bukan, walaupun bentuk kerisnya sama.

Sampai sekarang keris-keris keraton tetap menjadi keris keraton, yaitu keris-keris yang mengandung di dalamnya wahyu keraton, wahyu kepemimpinan pemerintahan / kenegaraan, yang akan dapat mengantarkan si manusia pemilik keris kepada posisi dan derajat yang tinggi menjadi seorang kepala pemerintahan, menjadi raja / kepala negara (presiden) atau kepala daerah (adipati / bupati), sesuai masing-masing kelas dan peruntukkan kerisnya (sesuai tingkatan wahyu kerisnya).

Tetapi sebuah keris keraton hanya akan bekerja kegaibannya, baru akan menyatu dan memberikan tuahnya, kepada seorang manusia pemiliknya yang sudah memiliki wahyu keraton di dalam dirinya. 

Tetapi pada masa sekarang ini jenis keris keraton mau juga mengikut / dimiliki oleh seorang keturunan ningrat, tetapi hanya akan berlaku sebagai keris keningratan saja, bukan lagi keris keraton, jika orangnya tidak memenuhi syarat sebagai seorang pemilik keris keraton. 

Di bawah tingkatan keris keraton adalah keris-keris lain yang mengandung di dalamnya apa yang disebut wahyu kepangkatan dan derajat, yaitu wahyu yang akan dapat mengantarkan manusia si pemilik keris kepada posisi / derajat yang tinggi setingkat menteri atau wakil kepala pemerintahan di dalam pemerintahan pusat atau daerah sesuai kelas dan peruntukkan kerisnya (sesuai tingkatan wahyu kerisnya). Keris-keris itu selain akan menaikkan pangkat dan jabatan orangnya juga supaya orang si pemilik keris dalam setiap aktivitas / pekerjaannya mendukung orang lain atasannya si penerima wahyu keraton.


Sifat-sifat wahyu kepangkatan dan derajat itu selain wahyu itu akan menaikkan derajat orangnya sendiri, juga akan membantunya memperlancar urusan-urusan kepemimpinan dan akan juga menaikkan derajat / martabat orang atasannya si penerima wahyu keraton di mata umum.

Keris-keris yang mengandung wahyu kepangkatan dan derajat ini juga sulit dibedakan jika kita hanya melihat bentuk fisiknya saja, karena hanya bisa diketahui dengan memeriksa kandungan wahyu keris di dalamnya.

Secara umum keris-keris dan pusaka yang mengandung wahyu kepangkatan dan derajat ini adalah keris-keris yang dulu menjadi keris raja atau menjadi pusaka kerajaan, dan pusaka kerajaan / kadipaten / kabupaten berbentuk tombak dan payung yang biasanya diletakkan berdiri di belakang singgasana. Dalam kategori ini termasuk juga, sesuai tingkatannya masing-masing, pusaka-pusaka keris, tombak dan payung yang menjadi lambang kekuasaan dan kebesaran seorang bangsawan yang memiliki status dan jabatan di dalam lingkungan kerajaan, kadipaten, kabupaten, kademangan, dsb.

Keris-keris yang mengandung di dalamnya wahyu kepangkatan dan derajat akan dapat mengantarkan manusia pemiliknya kepada posisi / jabatan yang tinggi setingkat menteri atau wakil kepala pemerintahan di dalam pemerintahan pusat atau daerah sesuai kelas dan peruntukkan kerisnya (sesuai tingkatan wahyu kerisnya). Tetapi keris-keris itu hanya akan bekerja kegaibannya jika sudah berada di tangan orang-orang tertentu saja yang sudah memiliki wahyu kepangkatan dan derajat atau wahyu keningratan di dalam dirinya.

Jika sudah berada di tangan orang-orang yang tepat sesuai peruntukkan kerisnya keris-keris itu akan dapat mengantarkan orang-orang itu kepada pangkat dan derajat yang tinggi menjadi tangan kanan atau bawahan langsung dari orang si penerima wahyu keraton. 

Tingkatan di bawahnya lagi adalah Keris Keningratan, yaitu keris-keris lain yang tujuan pembuatannya dulu adalah hanya untuk dimiliki oleh anggota keluarga kerajaan/bangsawan, bupati/ adipati (kalangan ningrat) dan keturunannya saja. Sampai sekarang pun keris-keris keningratan akan bekerja kegaibannya hanya bila dimiliki oleh orang-orang keturunan ningrat saja.

Keris keraton adalah keris keningratan yang paling tinggi tingkatannya dan bersifat khusus, hanya untuk orang yang memiliki wahyu keraton saja di dalam dirinya. 

Keris keningratan adalah turunan dari keris keraton (derajat yang lebih rendah daripada keris keraton). Keris keningratan lebih bersifat umum, boleh dimiliki oleh siapa saja sepanjang dirinya adalah ningrat atau keturunan ningrat.

Sebagai keris keningratan sisi kegaiban di dalamnya membawakan sifat-sifat wahyu keningratan yang akan menjadikan manusia pemiliknya tampak elegan, berwibawa dan penuh karisma keagungan. Jika sudah terjadi keselarasan dengan pemiliknya, keris-keris itu akan membantu mengangkat derajat hidup pemiliknya kepada derajat yang tinggi dan kemuliaan.