Warangka Keris dan Status Simbol Masyarakat Yogyakarta
Warangka Keris dan Status Simbol Masyarakat Yogyakarta - Kita perlu bahagia sebagai bangsa Indonesia dengan Nusantara yang penuh akan warisannya. Keluhuran dalam berbudaya oleh masyarakat leluhur kita telah menghasilkan warisan bendawi dan non bendawi yang sangat bernilai.
Petuah pitutur dan simbol-simbol yang ditinggalkan dengan maksud dan tujuan humanisasi menjadi ciri tersendiri. Kemudian ragam hias dan peninggalan kesenian menjadi eksotika masa kini terutama di bekas-bekas kerajaan.
Tidak salah jika Ngayogyakarta yang merupakan saksi sejarah dari peradaban keraton hingga kini, menyimpan tanda-tanda peninggalan luhur itu. Kini simbol-simbol yang menyatakan pertandaan atau status masih diperlukan di Ngayogyakarta, baik dari berbusana tradisional hingga kesenian lainnya.
Sebuah peninggalan budaya yang hingga kini masih dilestarikan serta mengagumkan turisme dari manca negara adalah keris. Berbicara mengenai keris berarti kita berbicara mengenai kehidupan masyarakat Nusantara, khususnya mesyarakat Jawa, Sumatera, Bali, Madura, Lombok, Sulawesi, da lainnya. Dimana keris sering dipergunakan sebagai tradisi dalam kegiatan upacara adatnya. Demikian juga di Ngayogyakarta.
Banyak hal-hal yang telah kita ketahui tentang keris Ngayogyakarta, namun sering kurang kita perhatikan bahwa keris yang kita pegang memiliki pesan status simbol itu. Dalam kehidupan masyarakat Yogyakarta, keris masih menduduki tempat khusus dan penting, tidak semata-mata sebagai senjata tajam. Keris juga dianggap memiliki kekuatan magis, keramat dan dihormati kerena dipercaya dapat memberikan berkah kepada pemiliknya. Fungsi keris sebagai pelengkap busana sangat erat dengan pengertian adat istiadat yang berlaku dan terkemas dalam sebuah tradisi.
Salah satu keindahan yang tercermin dari keris berciri Ngayogyakarta selain keindahan bilah adalah serasahnya, kita dapat menjumpai berbagai tampilan warangka dan pendoknya (perabotnya). Jika mengamati para keluarga raja dan kerabat keraton nyengkelit keris pada saat upacara atau pisowanan, tampak warangka sebagai penampilan utama status mereka. Perbedaan dengan abdi dalem atau rakyat biasa sangat jelas, antara lain : kwalitas bentuk warangka, bahan kayunya, serta perabot selut maupun pendoknya yang sangat halus dan indah karya kerajinan emas masa lalu.
Tulisan saya ini tidak mengulas secara detailnya, melainkan mencoba menampilkan foto-foto visual dari warangka-warangka keraton dann dari foto-foto ini akan dapat dipelajari bagaimana membedakan keris itu.
Oleh : Teguh Imam Santoso (Pamor Edisi 05)