Para Empu Keris Pusaka Tuban, Blambangan dan Madura
Sebagai Orang berilmu tinggi, seorang Empu selalu mendapat tempat yang terhormat pada suatu jaman pemerintahan kerajaan-kerajaan jaman dahulu. Walaupun sering sekali seorang Empu tidak tinggal di pusat-pusat kerajaan, melainkan di tempat-tempat terpencil di lereng-lereng gunung, namun Empu-Empu itu selalu mewakili jamannya dan mewakili kerajaan serta pusat pemerintahan tertentu dan Empu-Empu dari kerajaan dan daerah tertentu itu, melahirkan kreasi Keris-Keris dengan Tangguh tertentu pula.
Yang dimaksud dengan Tangguh adalah penampilan gaya atau modelnya, seperti halnya mobil buatan Jepang, memiliki model dan gaya yang lain dengan model mobil Amerika atau pun Eropa. Demikian juga dengan Tangguh Majapahit akan berbeda dengan Tangguh Kartasura. Keris-Keris pada jaman dan daerah yang sama memiliki Tangguh yang serupa, walaupun dibuat oleh Empu yang berbeda. Penampilan gayanya secara umum akan sama dan serupa, hanya beberapa ciri khas saja yang membedakan keris ini buatan Empu A dan keris itu buatan Empu B.
Jadi bagi mereka yang menekuni di bidang keris, akan dapat meneliti sebuah keris buatan jaman apa dan siapa pembuatnya. Bahkan bagi mereka yang ahli, dapat pula merasakan keris ini cocok untuk siapa dan untuk khasiat apa.
I. Empu-Empu Tuban
Banyak Empu Pajajaran yang berhijrah ke Tuban. Empu Kuwung memiliki anak 5 yaitu : Rara Sembaga, Bekeljati, Paneti, Suratman (Jaka Suratman) dan Salaeta.
Empu Rara Sembaga
Empu Rara Sembaga, jaman Tuban Pajajaran. Keris yang dibuat berdhapur brojol, sinom, tilam upih, tombaknya berdhapur godhong pring, totok, sigar jantung. Semuanya dengan besi kuning matang (welu), kurang baja dan sepuh.
Empu Bekeljati (Jakajati)
Empu Bekeljati hidup di jaman Majapahit. Karyanya banyak yang tipis-tipis tetapi sosok bilahnya lebar-lebar, kencang dan kuat, cocok untuk prajurit.
Empu Suratman (Jaka Suratman)
Empu Suratman di Tuban pada jaman Majapahit. Keris yang dibuat berdhapur carangsoka, kidangsoka, puthut, brojol, tilam upih, cempana, pasopati, jalak sangu tumpeng. Cirinya : Luk kurang, kembang kacang methit, pamor ryawut, sepuh dilat, sangat ampuh. Sedang yang berdhapur sepokal, sempaner, keboteki, kebo dhengen, jangkung, sabuk tampar (tali dhadhung) berganja manegkurep, pamor jelas dan penuh. Tombak yang dibuat berdhapur biring, kudhup, totog, doradasih, dora manggala, semuanya bagus dan kuat.
Empu Paneti
Empu Paneti di Tarulaya di jaman Majapahit. Ciri-ciri kerisnya : jika brojol dengan ganja ngucengmati dengan pamor beras wutah, besi hitam, tipis, sepuh dilat, sangat ampuh. Jika jalak tilamupih, sangutumpeng, ganjanya mengkurap lebar di belakang. Bilah tipis tetapi agak lebar. Juga membuat tombak denga dhapur celed, biring lanang, sapit abon, doradasih, dengan besi hitam dan pesi pendek, terkenal ampuh.
Empu Salaeta
Empu Salaeta di Tuban jaman Majapahit, hampir sama dengan saudara-saudaranya dalam berkarya. Hanya pamornya kebanyakan agak hitam (merkitik cemeng)
Empu Joko Hajal
Empu Joko Hajal terkenal sebagai Empu Tuban yang istimewa. Keris maupun tombak buatannya sangat ampuh karena jika ditancapkan di pohon segera mati.
II. Empu-Empu Blambangan
Dua empu Majapahit yang pernah bermukim di Blambangan adalah Ki Pitrang (Jakasupa I) dan Supogati. Disamping itu ada empu lain yang juga terkenal yaitu :
Empu Surowiseso, anak Empu Kekep
Empu Mlayagati, anak pertama Surowiseso
Empu Cakrabawa, anak kedua Surowiseso
Empu Kemendhung, anak Empu Jangga, Surabaya
Empu Jangga, anak Empu Cakrabawa
Empu Cangkring, anak Empu Kumendhung
Empu Tilam, anak Empu Cangkring
Empu Kalunglungan, anak Empu Mlayagati. Beliau beranak Empu Sedhah dan kemudian bergelar Tumenggung Supodriyo dan mempunyai putera
Empu Surowiradi. Di jaman Pajajaran, Empu Sedhah bergelar Empu Welang. Di jaman Brawijaya I, Empu Kalunglungan membuat keris dhapur Jalak sangu tumpeng.
Empu Luwuk, terkenal sebagai pembuat keris kraton dan menjadi kesayangan Raja Blambangan.
III. Empu-Empu Madura
Empu Kasa atau disebut Empu Keleng. Waktu di Pajajaran bergelar Empu Wanabaya (lihat Empu Pajajaran).
Empu Macam atau Jakasupa II, anak Empu Pitrang (Pangeran Sedayu) dari puteri Raja Majapahit. Keris karyanya besar-besar. Ia sering disebut Empu Kodhok. Di kemudian hari ia hijrah ke Pajang dan bergelar Empu Umyang. Lalu pindah lagi ke Madiun dan beralih nama menjadi Empu Tundhung Madiun.
Empu Palu, anak Empu Kasa Madura
Empu Gedhe, Pamekasan, anak Empu Palu. Karya-karyanya tipis, kering dan besi hitam kuat.