Kanjeng Kiai Ageng Pleret, Tombak Pusaka Milik Keraton Yogyakarta
Kanjeng Kiai Angeng Pleret, salah satu pusaka milik Keraton Yogyakarta. Pusaka itu berbentuk tombak, pusaka paling tinggi kedudukannya dibandingkan dengan pusaka Keraton Yogyakarta lainnya. Hanya Sultan dan Pangeran sepuh saja yang boleh menjamah pusaka itu pada upacara siraman pusaka keraton.
Bedasarkan Babad Tanah Jawi, pusaka Kanjeng Kiai Ageng Pleret, dulu pernah digunakan oleh Danang Sutawijaya untuk membunuh Arya Penangsang, Adipati Jipang Panolan. Danang Sutawijaya inilah yang kelak menjadi Raja Mataram dan dikenal dengan sebutan Panembahan Senapati.
Pada jaman Kerajaan Kartasura, Kanjeng Kiai Pleret konon juga pernah digunakan oleh Pangeran Puger untuk membunuh komandan pasukan VOC (Kompeni) bernama Kapitan Tack. Peristiwa ini terjadi pada jaman Kerajaan Kartasura.
Mengenai asal usul Tombak Pusaka Kanjeng Kiai Pleret, ada cerita yang mengisahkan sebagai berikut :
Seorang penyebar agama islam bernama Syeh Maulana Maghribi suatu ketika sedang berkelana di tengah hutan. Ia berhenti beristirah di tepi sebuah danau kecil. Ketika itu seorang gadis bernama Dewi Rasawulan sedang mandi di danau itu. Syekh Maulana Maghribi mengintipnya.
Tiba-tiba saja Dewi Rasawulan merasa dirinya hamil, Ia segera tahu bahwa diriya diintip, lalu marah. Segera dihampirinya Syekh Maulana Maghribi dan ditariknya kemaluannya. Terjadilah keajaiban, di tangan Dewi Rasawulan, kemaluan Syekh Maulana Maghribi itu berubah menjadi sebuah mata tombak, yang di kemudian hari dikenal dengan nama Kanjeng Kiai Ageng Pleret. Ketika Dewi Rasawulan melahirkan bayinya, lelaki, diberi nama Kidang Telangkas. Tombak itu menjadi pusaka turun temurun, mulai dari Kidang Telangkas di Tarub, Getas Pandawa, Ki Ageng Nis, Ki Ageng Pemanahan, Sunan Sedo Krapyak, Sultan Agung Anyokrokusumo, Sunan Seda Tegalarum, Pangeran Puger (Prabu Mangkurat) di Kartasura dan kemudian Hamengku Buwono I sampai ke X.