8 Keris Pusaka Paling Diminati

Seperti yang kita ketahui,indonesia merupakan negara yang masih menyimpan banyak kisah-kisah ghaib,dan keris adalah salah satu benda ghaib yang notabene nya merupakan warisan budaya yang diturunkan dari nenek moyang kita,diantara banyak keris yang terdapat di indonesia ada beberapa keris yang nama nya tersohor di pelosok negeri,serta menjadi perbincangan oleh banyak orang,berikut keris-keris yang memiliki nama besar di kelasnya.

1. Keris Empu Gandring
Keris Empu Gandring

Keris Mpu Gandring adalah senjata pusaka yang terkenal dalam riwayat berdirinya Kerajaan Singhasari di daerah Malang, Jawa Timur sekarang. Keris ini terkenal karena kutukannya yang memakan korban dari kalangan elit Singasari termasuk pendiri dan pemakainya, ken Arok.Keris ini dibuat oleh seorang pandai besi yang dikenal sangat sakti yang bernama Mpu Gandring, atas pesanan Ken Arok, salah seorang tokoh penyamun yang menurut seorang brahmana bernama Lohgawe adalah titisan wisnu.

Setelah selesai menjadi keris dengan bentuk dan wujud yang sempurna bahkan memiliki kemampuan supranatural yang konon dikatakan melebihi keris pusaka masa itu. Mpu Gandring menyelesaikan pekerjaannya membuat sarung keris tersebut. Namun belum lagi sarung tersebut selesai dibuat, Ken Arok datang mengambil keris tersebut yang menurutnya sudah satu hari dan harus diambil. Kemudian Ken Arok menguji Keris tersebut dan terakhir Keris tersebut ditusukkannya pada Mpu Gandring yang konon menurutnya tidak menepati janji (karena sarung keris itu belum selesai dibuat) selebihnya bahkan dikatakan untuk menguji kemampuan keris tersebut melawan kekuatan supranatural si pembuat keris (yang justru disimpan dalam keris itu untuk menambah kemampuannya). Dalam keadaan sekarat, Mpu Gandring mengeluarkan kutukan bahwa Keris tersebut akan meminta korban nyawa tujuh turunan dari Ken Arok.Sampai sekarang keris mpu gandring ini belum ditemukan oleh siapapun.

2. Keris Kyai Condong Campur
Keris Kyai Condong Campur

Condong Campur adalah salah satu keris pusaka milik Kerajaan Majapahit yang banyak disebut dalam legenda dan folklor. Keris ini dikenal dengan nama Kanjeng Kyai Condong Campur. Keris ini merupakan salah satu dapur keris lurus. Panjang bilahnya sedang dengan kembang kacang, satu lambe gajah, satu sogokan di depan dan ukuran panjangnya sampai ujung bilah, sogokan belakang tidak ada. Selain itu, keris ini juga menggunakan gusen dan lis-lis-an.

Condong Campur merupakan suatu perlambang keinginan untuk menyatukan perbedaan. Condong berarti miring yang mengarah ke suatu titik, yang berarti keberpihakan atau keinginan. Sedangkan campur berarti menjadi satu atau perpaduan. Dengan demikian, Condong Campur adalah keinginan untuk menyatukan suatu keadaan tertentu.

Konon keris pusaka ini dibuat beramai-ramai oleh seratus orang mpu. Bahan kerisnya diambil dari berbagai tempat. Dan akhirnya keris ini menjadi keris pusaka yang sangat ampuh tetapi memiliki watak yang jahat. Dalam dunia keris muncul mitos dan legenda yang mengatakan adanya pertengkaran antara beberapa keris. Keris Sabuk Inten yang merasa terancam dengan adanya keris Condong Campur akhirnya memerangi Condong Campur. Dalam pertikaian tersebut, Sabuk Inten kalah. Sedangkan keris Sengkelat yang juga merasa sangat tertekan oleh kondisi ini akhirnya memerangi Condong Campur hingga akhirnya Condong Campur kalah dan melesat ke angkasa menjadi Lintang Kemukus(komet atau bintang berekor), dan mengancam akan kembali ke bumi setiap 500 tahun untuk membuat huru hara, yang dalam bahasa Jawa disebut ontran-ontran.

3. Keris Pusaka Nagasasra Sabuk Inten
Keris Pusaka Nagasasra
Keris Pusaka Nagasasra
 Keris Pusaka Nagasasra Sabuk Inten
 Keris Pusaka Sabuk Inten
Keris Pusaka Nagasasra dan Sabuk Inten adalah dua benda pusaka peninggalan Raja Majapahit. Nagasasra adalah nama salah satu dapur (bentuk) keris luk tiga belas dan ada pula yang luk-nya berjumlah sembilan dan sebelas, sehingga penyebutan nama dapur ini harus disertai dengan menyatakan jumlah luk-nya.

Pada keris dapur Nagasasra yang baik, sebagian besar bilahnya diberi kinatah emas, dan pembuatan kinatah emas semacam ini tidak disusulkan setelah wilah ini selesai, tetapi telah dirancang oleh sang empu sejak awal pembuatannya. Pada tahap penyelesaian akhir, sang empu sudah membuat bentuk kinatah sesuai rancangannya . Bagian-bagian yang kelak akan dipasang emas diberi alur khusus untuk "tempat pemasangan kedudukan emas" dan setelah penyelesaian wilah selesai, maka dilanjutkan dengan penempelan emas oleh pandai emas. Salah satu pembuat keris dengan dapur Nagasasra terbaik, adalah karya empu Ki Nom, merupakan seorang empu yang terkenal, dan hidup pada akhir zaman kerajaan Majapahit.

4. Keris Taming Sari
Keris Taming Sari

Di ceritakan pemilik asal keris ini adalah merupakan pendekar atau hulubalang kerajaan mahajapahit yang bernama Taming Sari. Keris ini kemudianya bertukar tangan kepada hulubalang melaka yang telah berjaya membunuh taming sari bernama Hang Tuah.Menurut cerita yang di ceritakan kejadian ini berlaku pada zaman kesultanan melaka di bawah pemerintahan sultan muzafar shah. Sultan tersebut hendak menikahi anak perempuan raja mahajapahit. Angkatan melaka telah berkunjung ke majapahit bersama - sama dengan para pembesar dan hulubalang melaka yang terdiri dari Hang Tuah,Hang Jebat , Hang Lekiu, Hang Kasturi dan Hang Lekir.

Ketika sambutan kepada sultan tersebut perbagai persembahan di sembahkan dan akhir sekali Taming sari meminta kebenaran kepada raja mahajapahit untuk menantang hulubalang melaka bermain keris. Tantangan tersebut di terima oleh Hang Tuah dan berlakulah babak permainan dan bertikam keris. kedua - dua pendekar nampak sama hebat dan gagah ... namun pada satu ketikan hang tuah berjaya menikan taming sari dengan keris nya ... tetapi tidak lut atau kebal .

Maka hang tuah berasakan bahawa kekebalan taming sari adalah disebabkan kesaktian yang ada pada kerisnya lalu hang tuah berusaha merampas keris itu. ketika di dalam pertempuran itu hang tuah berjaya membuat helah yang menyebabkan keris taming sari terlekat ke dinding lalu ia merampasnya. namun adalah pantang membunuh musuh yang tidak bersenjata lalu diberikan keris beliau kepada taming sari dan di pendekkan cerita hang tuah berjaya menikan taming sari lalu mati. Lalu keris itu telah dihadiahkan kepada hang tuah oleh raja mahajapahitt.

5. Keris Sengkelat
Keris Sengkelat

Keris Sengkelat adalah keris pusaka luk tiga belas yang diciptakan pada jaman Majapahit (1466 – 1478), yaitu pada masa pemerintahan Prabu Kertabhumi (Brawijaya V) karya Mpu Supa Mandagri. Mpu Supa adalah salah satu santri Sunan Ampel. Konon bahan untuk membuat keris Sengkelat adalah cis, sebuah besi runcing untuk menggiring onta. Konon, besi itu didapat Sunan Ampel ketika sedang bermunajat. Ketika ditanya besi itu berasal darimana, dijawab lah bahwa besi itu milik Muhammad saw. Maka diberikan lah besi itu kepada Mpu Supa untuk dibuat menjadi sebilah pedang.

Namun sang mpu merasa sayang jika besi tosan aji ini dijadikan pedang, maka dibuatlah menjadi sebilah keris luk tiga belas dan diberi nama keris Sengkelat. Setelah selesai, diserahkannya kepada Sunan Ampel. Sang Sunan menjadi kecewa karena tidak sesuai dengan apa yang dikehendakinya.Maka oleh Sunan Ampel disarankan agar keris Sengkelat diserahkan kepada Prabu Brawijaya V.

Ketika Prabu Brawijaya V menerima keris tersebut, sang Prabu menjadi sangat kagum akan kehebatan keris Kyai Sengkelat. Dan akhirnya keris tersebut menjadi salah satu piyandel (maskot) kerajaan dan diberi gelar Kangjeng Kyai Ageng Puworo, mempunyai tempat khusus dalam gudang pusaka keraton.

Pusaka baru itu menjadi sangat terkenal sehingga menarik perhatian Adipati Blambangan. Adipati ini memerintahkan orang kepercayaannya untuk mencuri pusaka tersebut demi kejayaan Blambangan, dan berhasil. Mpu Supa yang telah mengabdi pada kerajaan Majapahit diberi tugas untuk mencari dan membawa kembali pusaka tersebut ke Majapahit. karena taktik yang jitu dari mpu sumpa akhirnya keris itu ia dapatkan kembali dan tanpa menyebabkan peperangan,Malah Ki Nambang akhirnya dianugerahi seorang putri kadipaten yang bernama Dewi Lara Upas, adik dari Adipati Blambangan itu sendiri.Sang Mpu yang berhasil melaksanakan tugas selalu mencari cara agar dapat kembali ke Majapahit. Ketika kesempatan itu tiba maka beliau pun segera kembali ke Majapahit dan meninggalkan istrinya yang sedang hamil. Sebelum pergi, beliau meninggalkan pesan kepada sang istri bahwa kelak jika anak mereka lahir laki-laki agar diberi nama Joko Suro, serta meninggalkan besi bahan membuat keris.

6. Keris Pusaka Kala Munyeng (Milik Sunan Giri)
Keris Pusaka Kala Munyeng (Milik Sunan Giri)

Dalam Riwayat Prabu Brawijaya murka. Pengaruh Sunan Giri salah satu dari sembilan Wali Songo,dianggap sudah mengancam eksistensi Kerajaan Majapahit. Patih Gajahmada dan pasukannya lalu dikirim ke Giri untuk memberikan serangan,Penduduk Giri pun panik dan menghambur ke Kedaton Giri. Sunan Giri yang saat itu sedang menulis begitu terkejut dan pena (kalam) yang tengah digunakannya ia lontarkan ke arah pasukan Majapahit. Atas kehendak Sang Pencipta pena yang terlontar itu menjelma menjadi keris ampuh dan keris inilah yang memporakporandakan pasukan Majapahit.

Sunan Giri yang nama kecilnya adalah Raden Paku alias Muhammad Ainul Yakin tidak hanya dikenal sebagai penyebar agama Islam yang gigih. letapi juga pembaharu pada masanya. Pesantrennya, yang dibangun di perbukitan desa Sidomukti di selalan Gresik, tak hanya dipergunakan sebagai tempat pendidikan agama dalam arti sempit, tetapi juga menjadi pusat pengembangan masyarakat.Gin Kedaton,pesantrennya di Gresik,bahkan tumbuh menjadi pusat politik yang penting di Jawa kala itu. Ketika Raden Patah (Demak Bintaro) melepaskan diri dari kekuasaan Majapahit, Sunan Giri malah bertindak sebagai penasihat dan panglima militer Kesultanan Demak. Hal tersebut tercatat dalam Babad Demak. Pada perkembangannya kemudian, Demak tak lepas dan pengaruh Sunan Giri. Dan Sunan Giri diakui sebagai mufti, pemimpin tertinggi keagamaan setanah Jawa.

Meluasnya pengaruh Sunan Giri di Gresik membuat Prabu Brawijaya, raja Majapahit kala itu murka. la memerintahkan patihnya, Gadjah Mada, ke Gin Penduduk Giri ketakutan dan berlari ke kedaton Sunan, Babad Tanah jawa menuturkan, ketika itu Sunan Giri sedang menulis. Karena terkejut mendengar musuh berdatangan merusak Giri, pena (kalam) yang dipegangnya Beliau lontarkan. Sunan Giri kemudian berdoa pada Sang Pencipta.

Ternyata kalam yang terlempar itu berubah meniadi keris berputar-putar,Keris dari kalam itu mengamuk dan banyak tentara Majapahit yang menyerbu Giri tewas, Sisanya kabur,berlarian kembali ke Majapahit. Dan keris dari kalam itupun dikisahkan kembali sendiri ke kedaton Giri,Tergeletak di hadapan Sunan dengan berlumuran darah.Sunan lalu berdoa pada Yang Maha Kuasa,dan mengatakan pada rakyat Giri bahwa kerisnya yang ampuh itu dinamai Kalam Munyeng.

Apakah keris Kalam Munyeng (pena yang berputar-putar) itu modelnya seperti keris yang pada masa kini populer dengan nama Kala Munyeng (raksasa yang berputar-putar), wallahu alam!!! Namun keris Kala munyeng juga termasuk keris yang amat tersohor Namanya di nusantara ini.

7.Keris Pusaka Setan Kober

Keris setan kober ini dalam sejarah dibuat oleh mpu supo mandagri,beliau adalah keturunan seorang empu dari tuban.Dalam riwayat,Mpu supo memeluk islam dan berguru kepada sunan Ampel,sambil tetap membuat keris,Supo Mandagri adalah mpu sakti yang menjadikan karya nya begitu sangat terkenal antara lain Keris Kyai Sengkelat,dan Keris Kyai Nogo sosro dan setan kober ini sendiri,keris ini dulu bernama “Bronggot Setan Kober” di buat pada awal kerajaan islam demak Bintaro,kemudian keris ini di serahkan kepada Syekh Jafar Soddiq atau Sunan Kudus dalam perjalananya kemudian di berikan lagi kepada Arya penangsang.

8. Keris Naga Runting Pusaka Prabu Siliwangi
Keris Naga Runting Pusaka Prabu Siliwangi

Nama Keris Naga Runting sangat terkenal hingga seluruh pelosok nusantara. Meskipun tak ada yang dapat membuktikan secara langsung namun kesaktian dan asal usulnya yang penuh misteri membuat cerita tersebut terasa akrab terdengar di telinga kita. Sebilah pusaka yang konon dulu menjadi senjata pamungkas Prabu Siliwangi ini secara kasap mata memang terlihat menawan bagi siapa saja yang melihatnya.

Keris ini juga akrab disebut dengan Naga Runting Makan Emas atau dalam bahasa jawanya “Ngemut Emas” diberikan karena pada pusaka ini terdapat setitik emas melekat pada lidah atau mulut naga yang menjadi bentuk utama dari pusaka tersebut.

Meski tidak ada sumber otentik tentang siapa pembuat keris pusaka yang kala itu menjadi pusaka piandel Prabu Brawijaya namun secara turun temurun masyarakat jawa meyakini jika pembuat keris sakti tersebut tak lain merupakan Empu kepercayaan Kerajaan Pajajaran yakni Empu Welang dan Empu Anjani. Menurut cerita yang beredar bahan yang digunakan sebagai pusaka tersebut adalah paku emas. Beberapa orang juga meyakini paku emas yang dimaksud merupakan hasil dari persemedian Prabu Siliwangi di kaki bukit Gunung Salak.

Sebagai Raja penuh kewibawaan Prabu Siliwangi berkeinginan memiliki sebilah pusaka tak tertandingi dari segi kesaktian dan keartistikan nya. Oleh karena itu beliau memanggil Empu Welang untuk membuatkan keris yang dimaksud. Singkatnya setelah mendengar keinginan Sang Raja Empu Welang memberikan saran agar Sang Prabu “menimbali” atau memanggil Empu Anjani guna membantu pembuatan keris pusaka yang dimaksud. Hal ini dilakukan Empu Welang dengan alasan bahwa Empu Anjani memiliki keahlian luar biasa dalam membuat bentuk keris dengan sempurna.

Semenjak perintah Sang Prabu diberikan kedua Empu tersebut mengawali pembuatan pusaka dengan bersemedi dan puasa selama 40 hari 40 malam sebagai ritual sakral untuk membuat pusaka tak tertandingi. Singkatnya setelah melewati beberapa proses paku emas telah berubah menjadi sepucuk keris luk 13 yang kemudian disempurnakan oleh Empu Anjani dengan memberikan tatahan berwujud kepala naga di pangkalnya serta butiran emas mengkilat di ujung lidah (mulut) sang naga.

Setelah keris tersebut jadi kemudian diberi nama Keris Naga Runting Makan Emas. Warangka dari bahan kayu cendana membuat keistimewaan pusaka tersebut tak tertandingi pada masanya. Kedua Empu tersebut telah berhasil menyelesaikan tugas dengan baik dan kemudian menyerahkannya pada Sang Prabu Siliwangi pemilik tahta kerajaan pajajaran. Luar biasa senangnya Sang Prabu melihat pusaka yang dipesannya tersebut sangat sempurna. Karena keberhasilan itulah kemudian Empu Anjani dan Empu Welang diberi tanah tegalan di wilayah kerajaan sebagai hadiah.
Blogger
Disqus

Tidak ada komentar