Cerita Mengenai Keris Pusaka Empu Gandring

Cerita Mengenai Keris Pusaka Empu Gandring

Pada abab 11, di suatu tempat di Jawa Timur, Empu Gandring menerima tamu seorang pemuda dari daerah Tumapel. Pemuda itu bernama Ken Arok atau Ken Angrok. Ia memesan pada sang Empu, sebilah keris sakti. Empu Gandring menyanggupi akan menyelesaikan pesanan pemuda itu dalam 40 hari.

Sebelum hari ke empat puluh, Ken Arok datang ke besalen (bengkel kerja) Empu Gandring guna melihat sejauh mana kemajuan pekerjaan yang dilakukan oleh sang Empu. Dengan senang hati Empu Gandring memperlihatkan hasil karyanya. Begitu melihat keris itu, Ken Arok terkagum-kagum menyaksikan keindahan keris itu.. Menurut penilaiannya, keris itu sudah demikian sempurnanya, sehingga ia langsung meminta agar keris itu dapat segera dibawa pulang. Tetapi sang Empu melarang, katanya keris itu memang sudah selesai secara lahiriah, tetapi doa-doa dan mantera yang harus disertakan dalam pembuatan keris itu belum selesai. Oleh karena itu, Ken Arok diminta agar sabar menanti sampai setelah genap empat puluh hari.

Karena Ken Arok berkeras hendak membawa keris yang dianggapnya telah rampung itu, akhirnya timbul pertengkaran keras di antara mereka. Ken Arok memaksa, sedang Empu Gandring berkeras mempertahankannya. Ken Arok tak dapat lagi menahan amarahnya, sehingga keris itu ditusukkan ke tubuh Empu Gandring, sang Empu roboh dan sebelum meninggal ia pun mengucapkan kutukannya :
Dengarkan Ken Arok....., kau telah menganiaya orang yang kau mintai tolong. Kau bunuh aku dengan keris buatanku sendiri, Ingatlah....., kelak kau sendiri juga akan menjadi korban dari keris itu. Keris itu akan memakan korban tujuh nyawa...
Dalam dongeng dan dalam cerita yang dikisahkan oleh buku Pararaton, keris itu akhirnya memang mengambil tujuh korban, yang pertama Empu Gandring si pembuatnya sendiri, yang kedua Tunggul Ametung, awuku (kepala daerah) Tumampel, yang ketiga Kebo Ijo, orang yang difitnah oleh Ken Arok, yang keempat Ken Arok sendiri, belasan tahun sesudah ia menjadi Raja di Singasari. Korban kelima adalah Anusapati, anak tiri Ken Arok, yang keenam adalah Tohjaya, anak kandung Ken Arok, korban terakhir adalah Mahisa Wongateleng, salah seorang cucu Ken Arok.
Blogger
Disqus

Tidak ada komentar