Keris Pusaka Junjung Derajat

Di dunia perkerisan jaman sekarang ada dikenal istilah Keris Junjung Derajat. Istilah itu, walaupun sudah umum dikenal di kalangan perkerisan, tetapi terutama dipopulerkan oleh kalangan "pedagang" untuk menaikkan citra dari keris-keris dagangannya, untuk menaikkan nilai jualnya, karena banyak orang yang ingin memiliki keris yang tuahnya bisa mengangkat derajat/kepangkatan yang pada akhirnya akan mengantarkan seseorang pada kekayaan dan kemuliaan.


Istilah Keris Junjung Derajat yang dimaksudkan di atas bukanlah keris-keris berpamor Junjung Derajat, tetapi dimaksudkan untuk keris-keris yang dikatakan tuahnya ampuh dapat menaikkan pangkat / derajat / jabatan seseorang.

Pengertian Keris Junjung Derajat di atas adalah keris-keris yang dikatakan orang tuahnya ampuh dapat menaikkan pangkat/derajat/jabatan kepegawaian yang akhirnya akan menaikkan gaji, kekayaan dan kemuliaan seseorang. 
Pengertian di atas, yaitu tuah junjung derajat, adalah pengertian orang jaman sekarang yang berorientasi pada kepangkatan / kemuliaan, kemakmuran dan kejayaan ekonomi. Padahal sebenarnya pengertian junjung derajat tidaklah sesempit itu maknanya.

Pada dasarnya keris-keris yang masuk dalam pengertian keris junjung derajat ada 2 jenisnya, yaitu keris-keris yang tuah dasarnya adalah untuk wibawa kekuasaan dan keris-keris yang tuah dasarnya untuk kerejekian.

Tetapi secara umum yang dimaksud sebagai Keris Junjung Derajat adalah keris-keris yang bertuah wibawa kekuasaan yang tuahnya diperuntukkan untuk orang-orang yang bekerja sebagai karyawan/pegawai di pemerintahan atau swasta, yang penghasilannya terutama berasal dari gaji/upah. 

Sedangkan keris-keris bertuah kerejekian atau yang pembuatannya dulu untuk kalangan pedagang / pengusaha, diistilahkan orang bukan keris junjung derajat, tetapi keris yang bertuah untuk menderaskan rejeki.

Sebenarnya keris-keris yang bertuah junjung derajat dan yang bertuah menderaskan rejeki bukan hanya berasal dari keris-keris bertuah wibawa kekuasaan dan kerejekian saja, tetapi keris-keris umum yang tuahnya untuk kesaktian, kewibawaan, kesepuhan dan keris-keris keningratan juga dapat memberikan tuah junjung derajat dan menderaskan rejeki, tetapi masing-masing keris itu sifat dasar tuah dan auranya berbeda.


Sesuai filosofi dasar pembuatan keris jawa, tujuan sebuah keris dibuat adalah untuk menjadi pendamping manusia pemiliknya dan membantu kehidupannya dalam bidang :
  • Kesaktian / Ksatriaan
  • Wibawa Kekuasaan
  • Kerejekian
  • Kesepuhan

Walaupun masing-masing keris memiliki kekhususan sendiri-sendiri dan sifat karakter sendiri-sendiri, tetapi secara umum sisi kegaibannya akan mengikuti kehidupan manusia pemiliknya, terutama jika sudah ada penyatuan kebatinan antara manusia si pemilik keris dengan kerisnya.

Jadi, jika sudah ada penyatuan kebatinan antara manusia si pemilik keris dengan kerisnya, maka apapun jenis kerisnya, apapun tuahnya, secara umum sisi kegaibannya akan mengikuti kehidupan manusia pemiliknya.

Masing-masing keris memiliki sifat karakter sendiri-sendiri yang sudah disesuaikan dengan orang pertama pemiliknya dulu, sehingga orang-orang jaman sekarang yang ingin memiliki keris "bekas pakai" milik orang jaman dulu itu harus memilih keris-keris yang cocok untuk dirinya dan ia sendiri harus menyelaraskan dirinya dengan kerisnya, terutama adalah kedekatan kebatinan si manusia pemilik keris dengan kerisnya, sehingga keris-kerisnya itu akan aktif memberikan tuahnya kepadanya.

Jika sudah memberikan tuahnya, semua keris, apapun jenis kerisnya dan tuahnya, terkandung di dalamnya tuah untuk kesaktian / ksatriaan, wibawa kekuasaan, kerejekian dan kesepuhan. Artinya, jika dihubungkan dengan pengertian di atas, yaitu tuah junjung derajat, maka apapun jenis kerisnya dan tuahnya, semua keris mengandung tuah untuk menaikkan derajat pemiliknya hingga dapat mencapai derajat yang tinggi dan mencapai kemuliaan, baik sang pemilik keris bergerak dalam bidang kesaktian, wibawa kekuasaan, kerejekian / ekonomi, maupun yang bergerak di bidang kesepuhan.

Jika si manusia pemiliknya sekarang bergerak dalam bidang kesaktian / ksatriaan, keris-keris itu akan mengilhami / menuntun pada pembelajaran untuk meningkatkan kesaktian, sehingga jika sudah ada penyatuan kebatinan antara pemiliknya dengan kerisnya, maka kerisnya akan mendukungnya mencapai kesaktian yang tinggi dan kejayaan, berwibawa, berkuasa dan dihormati, menjadikan derajatnya melebihi orang lain yang tanpa keris.

Jika si manusia pemilik keris menjadi seorang pejabat di pemerintahan / swasta atau menjadi perwira ketentaraan atau kepolisian, semua keris akan berfungsi sebagai keris yang menunjang wibawa kekuasaan, membuat seseorang dihormati oleh orang lain, baik yang sederajat, atasannya, maupun bawahannya. Unsur tuah kewibawaan akan membuat seseorang dihormati dan dianggap pantas memegang jabatan tertentu, sehingga jika sudah ada penyatuan kebatinan antara si manusia dengan kerisnya, maka kerisnya akan mendukungnya mencapai kepangkatan dan kekuasaan yang tinggi, menjadikan derajatnya melebihi orang lain yang tanpa keris. Sekalipun seseorang belum menjadi seorang pejabat, hanya menjadi karyawan/pegawai/staf biasa saja, jika sudah ada penyatuan kebatinan antara si manusia dengan kerisnya, maka kerisnya itu akan mendukungnya mencapai derajat yang lebih tinggi dan dihormati, melebihi orang lain yang tanpa keris. 

Jika si manusia pemiliknya sekarang bergerak di bidang usaha ekonomi, atau sebagai manusia biasa saja yang hidup untuk mencari rejeki, semua keris akan berfungsi sebagai keris yang menunjang kerejekian. 


Sifat dasar pengasihan dan kewibawaan akan membuat seseorang dikasihi sekaligus dihormati oleh orang lain, baik yang derajatnya sama, lebih tinggi ataupun yang lebih rendah daripada dirinya, dan membantunya juga dalam hubungan sosial. Jika sudah ada penyatuan kebatinan antara si manusia dengan kerisnya, maka kerisnya akan membantu membuka jalan pikiran pemiliknya dan memberikan ide / ilham pemecahan masalah yang berhubungan dengan pekerjaannya dan yang berhubungan dengan pengembangan usaha, memberikan aura yang baik dalam perdagangan, pertanian dan perikanan, dan menjadikannya dipercaya untuk menangani banyak transaksi dan kerjasama usaha, dipercaya untuk menangani banyak urusan atau dipercaya untuk menangani banyak transaksi dan hubungan bisnis. Kerisnya akan membantunya mencapai derajat yang lebih tinggi dan dihormati, melebihi orang lain yang tanpa keris. 

Jika si manusia bergerak di bidang kesepuhan, semua keris akan berfungsi sebagai keris yang menunjang kesepuhan. Jika sudah ada penyatuan kebatinan antara si manusia dengan kerisnya, maka kerisnya akan memberikan pengaruh berupa ketenangan hati, pikiran dan batin, membuka pikiran si pemilik dalam pemecahan masalah, membantu memberikan ide-ide dan ilham (atau wangsit), membantu kesehatan dan ketentraman keluarga dan melancarkan segala urusannya yang berhubungan dengan hubungan sosial di masyarakat. Sisi gaib keris itu juga akan membantu dan mendampingi pemiliknya dalam menekuni keilmuan kesepuhan (kebatinan) dan kerohanian dan mendampinginya menjalani dimensi keilmuan yang lebih tinggi. Kerisnya juga akan memberikan aura perbawa dan wibawa seorang tua pengayom. Kerisnya akan mendukungnya mencapai derajat yang lebih tinggi dan dihormati sebagai seorang sepuh, melebihi orang lain yang tanpa keris. 


Jadi apapun jenis kerisnya dan tuahnya, semua keris mengandung tuah untuk menaikkan derajat pemiliknya hingga dapat mencapai derajat yang tinggi dan mencapai kemuliaan jika sudah ada penyatuan kebatinan antara pemiliknya dengan kerisnya. Tetapi masing-masing keris memiliki sifat karakter sendiri-sendiri yang sudah disesuaikan dengan orang pertama pemilik kerisnya dulu, sehingga dalam memberikan tuahnya sekarang seperti diuraikan di atas masing-masing keris akan memberikan sifat tuah dan aura sendiri-sendiri.

Tuah junjung derajat yang berasal dari keris-keris bertuah kesaktian dan wibawa kekuasaan mengandung sifat dasar kewibawaan yang membuat seseorang dihormati oleh orang lain, baik yang sederajat, atasannya, maupun bawahannya. Unsur tuah kewibawaan akan membuat seseorang dihormati dan dianggap pantas memegang jabatan tertentu. Yang umum dirasakan oleh orang-orang pemiliknya adalah keris-keris tersebut dapat mengangkat derajat dan kepangkatan pemiliknya, menaikkan wibawanya, dan mengamankan posisinya dari persaingan.


Tuah junjung derajat yang berasal dari keris-keris bertuah kerejekian dan kesepuhan mengandung sifat dasar pengasihan yang membuat seseorang dikasihi oleh orang lain, baik yang sederajat, atasannya, maupun bawahannya, dan juga membantunya dalam hubungan sosial. Keris-keris itu juga akan membantu membuka jalan pikiran pemiliknya dan memberikan ide / ilham, sehingga manusia pemiliknya akan mendapatkan ide-ide pemecahan masalah yang berhubungan dengan pekerjaannya dan akan dipercaya untuk menangani banyak urusan atau dipercaya untuk memegang jabatan tertentu. Yang umum dirasakan oleh orang-orang pemiliknya adalah keris-keris tersebut dapat menaikkan kerejekian dan kekayaan / kemuliaan yang berasal dari naiknya kepangkatan atau karena kedekatannya dengan atasan.

Tuah junjung derajat yang berasal dari keris-keris keningratan ada yang mengandung sifat dasar kewibawaan, ada juga yang mengandung sifat dasar pengasihan, tergantung sifat dasar karakter khodam kerisnya masing-masing apakah bersifat kerejekian ataukah kewibawaan. Sesuai istilahnya sebagai keris keningratan, keris-keris itu akan menjadikan pemiliknya tampak elegan, memiliki karisma keagungan tersendiri yang berbeda dengan orang lain. 

Tapi sesuai juga dengan sebutannya sebagai keris keningratan, keris-keris itu akan menyatukan dirinya dan memberikan tuahnya hanya kepada pemiliknya yang mempunyai garis keturunan ningrat.

Mengenai tuah junjung derajat, ataupun tuah menderaskan rejeki, semua keris dapat memberikan tuah itu, tetapi kekuatan tuahnya yang terkait dengan itu sangat bergantung pada penyesuaian si keris terhadap kepribadian dan aktivitas sehari-hari manusia pemiliknya, penyatuan kebatinan antara manusia pemiliknya dengan kerisnya, dan seberapa baik si pemilik keris aktif menunjukkan penyatuan dirinya dengan kerisnya, bukan hanya sekedar mengharapkan keris itu menyatu dengan dirinya dan memberikan tuahnya kepadanya seperti sebuah jimat keberuntungan / kesuksesan / pesugihan.

Syarat dasar sebuah keris dapat menjadi optimal manfaat tuahnya :
  • Kerisnya sudah menyatu dengan pemiliknya. Salah satu bentuknya adalah khodamnya sudah mendampingi manusia pemiliknya (berlaku seperti khodam pendamping), atau khodamnya tidak keluar dari kerisnya untuk mendampingi pemiliknya, tetapi dari dalam kerisnya mengawasi kehidupan manusia pemiliknya.
  • Pemiliknya aktif berinteraksi batin dengan kerisnya, menunjukkan tujuan-tujuan dan posisi-posisi yang ingin dicapainya untuk mengsugesti kerisnya supaya memfokuskan perhatiannya untuk membantu membukakan jalannya.
  • Pemiliknya peka rasa dan firasat untuk "mendengarkan" kontak / bisikan gaib dari kerisnya dan ide / ilham (dan mimpi) yang akan menuntunnya pada perbuatan-perbuatan tertentu atau peluang-peluang tertentu yang harus dimanfaatkannya, sehingga setelah menjalankan perbuatan-perbuatan dan peluang-peluang yang ditunjukkan oleh kerisnya itu sang pemilik keris bisa mendapatkan manfaat dari tindakannya itu yang akhirnya akan menaikkan derajat, kehormatan dan citra dirinya. 
  • Pemiliknya peka rasa dan firasat untuk mendengarkan petunjuk kerisnya yang akan menjauhkannya dari kesulitan.

Jika si pemilik keris mampu peka rasa dan firasat, bisa "mendengarkan" bisikan / ide / ilham dari kerisnya, maka selain memberikan aura tuah yang akan mendukung aktivitas sang pemilik, kerisnya akan bersikap sebagai sosok pendamping (teman dari alam gaib) yang akan memberikan arahan dan petunjuk tentang apa yang harus dilakukannya, arahan dan petunjuk tentang hambatan / kesulitan yang harus dihindari dan ide / ilham untuk pemecahan masalah.

Jika syarat-syarat dasar di atas tidak terpenuhi, dan jika si pemilik keris tidak mampu peka rasa dan firasat, tidak bisa "mendengarkan" bisikan/ide/ilham dari kerisnya, maka akan ada banyak petunjuk dan arahan yang tidak diketahuinya, akan ada banyak petunjuk peluang dan kesempatan dan ide/ ilham pemecahan masalah yang tidak dimanfaatkannya dan akan ada hambatan / kesulitan yang tidak dapat dihindarinya, karena petunjuk keris-kerisnya tidak didengarnya. 

Jika begitu maka apapun jenis keris dan tuahnya, si pemilik keris tidak akan dapat mengoptimalkan manfaat dari kerisnya, sehingga kerisnya itu tidak dapat optimal dimanfaatkannya untuk membantunya menaikkan derajatnya, menjadi sama saja dengan keris-keris lainnya yang pemiliknya tidak mampu mengoptimalkan manfaatnya. Dalam hal ini si pemilik keris memegang peranan sentral yang menentukan akan menjadi sejauh apa dirinya dengan kerisnya.

Uraian di atas maksudnya adalah kita harus bisa memperlakukan keris kita seolah-olah dia adalah teman kita dari alam gaib. Kita bisa berinteraksi, bisa minta ditunjukkan jalan usaha kita, bisa minta diberikan ide-ide untuk pemecahan masalah pribadi, kantor ataupun keluarga, petunjuk mengenai atasan kita, rekan sekerja, rekanan usaha, prospek produk kita, petunjuk ide alternatif usaha, petunjuk cara-cara berhubungan dengan seorang rekanan, dsb. 

Untuk itu diperlukan kemampuan menyampaikan sugesti (kontak batin) kepada gaib kerisnya dan kemampuan peka rasa dan firasat untuk "mendengarkan" suara gaib kerisnya yang berupa bisikan gaib, ide dan ilham (dan mimpi).

Untuk maksud di atas tidak harus kita sering memegang / mengeluarkan keris kita. Cukup asalkan kita bisa fokus batin dan peka rasa untuk berinteraksi dengan sosok gaibnya, apalagi kalau sosok gaib kerisnya sudah mendampingi keseharian kita. Dengan demikian perilaku kita dalam memiliki sebuah keris yang lebih dituntut adanya kedekatan hati dan interaksi batin haruslah dibedakan dengan memiliki sebuah benda jimat yang untuk mendapatkan tuahnya hanya perlu dipakai saja atau dikantongi dibawa-bawa.

Dengan mengikuti laku di atas, maka selain tuah asli dari kerisnya, kita juga akan mendapatkan manfaat dari petunjuk-petunjuk yang kita terima yang juga akan menjauhkan kita dari masalah, sehingga kita bisa terus maju naik ke atas, bukannya sekedar jalan di tempat atau malah terjebak di dalam kesulitan.

Dengan memahami uraian di atas, maka janganlah anda termotivasi untuk mencari dan membeli keris-keris yang dikatakan orang sebagai keris junjung derajat, atau yang dikatakan sebagai bertuah menderaskan rejeki, karena keris-keris milik anda pun sebenarnya dapat memberikan tuah tersebut, jika anda dapat mengoptimalkan manfaatnya. Keris-keris yang akan anda beli, yang dikatakan sebagai keris junjung derajat atau bertuah menderaskan rejeki, belum tentu nantinya tuahnya akan sama seperti yang anda harapkan, belum tentu hasilnya sama dengan yang diiklankan, karena ada persyaratan seperti tertulis di atas yang harus dipenuhi, lagipula belum tentu keris tersebut cocok untuk anda. 

Lagipula keris-keris tersebut, pemiliknya mungkin tidak dapat merasakan tuahnya yang berupa junjung derajat atau menderaskan rejeki, sehingga keris itu dijualnya. Jika anda membeli keris itu, mungkin anda akan bernasib sama seperti pemiliknya dulu, tidak dapat merasakan tuahnya, tidak seperti yang diiklankan.

Sekalipun keris-keris tersebut sudah anda beli dan sudah anda miliki, kekuatan tuahnya yang terkait dengan junjung derajat atau menderaskan rejeki, sangat bergantung pada penyesuaian si keris terhadap kepribadian dan aktivitas sehari-hari anda pemiliknya, penyatuan antara anda dengan keris anda, dan seberapa baik anda aktif menunjukkan penyatuan diri anda dengan kerisnya, jangan hanya sekedar mengharapkan keris itu menyatu dengan anda dan memberikan tuahnya kepada anda seperti halnya sebuah jimat keberuntungan / kesuksesan.


Dalam hal ini kita perlu belajar bagaimana seharusnya kita memperlakukan keris kepada orang-orang sukses/pejabat yang kesuksesannya didampingi oleh keris-kerisnya. Mereka yang sudah merasakan keris-kerisnya ampuh bertuah junjung derajat atau menderaskan rejeki tidak akan mau menjual keris-kerisnya itu berapapun harganya. Lebih baik kalau kerisnya itu diturunkan kepada anak-cucunya.

Jadi jika anda ingin memiliki sebuah keris janganlah karena didasari hasrat akan tuahnya, jangan sekedar mengikuti apa kata orang, jangan termakan rayuan iklan, karena sebuah keris memiliki karakteristik tersendiri yang tidak sama dengan benda jimat atau benda-benda bertuah lain. 

Bila anda sudah memiliki keris, sebaiknya anda peka rasa, membuka hati dan pikiran anda supaya anda dapat menerima pesan-pesan dari keris-keris anda untuk anda jalankan dalam kehidupan anda, sehingga dengan perbuatan-perbuatan anda yang berdasarkan bimbingan keris-kerisnya, anda bisa mendapatkan manfaatnya, dan keris-keris anda bukan hanya berpotensi menjadi keris junjung derajat, tapi dengan anda menjalankan bimbingan-bimbingannya tersebut keris-keris anda benar-benar menjadi keris junjung derajat.

Jadi, jangan anda terdorong untuk memiliki banyak keris atau berburu mencari keris-keris yang dikatakan ampuh. Kalau sudah punya satu tapi anda tidak bisa mengoptimalkan manfaatnya, untuk apa punya banyak ?  Nantinya malah akan membebani hidup anda.

Pada masa sekarang juga dikenal adanya keris dengan nama Keris Umyang (Umyang Jimbe), yang katanya bertuah ampuh untuk kerejekian / kekayaan. 

Istilah keris umyang ini beredar luas di kalangan pedagang untuk menarik orang membeli kerisnya, karena banyak orang yang menginginkan benda-benda yang bertuah mendatangkan kekayaan (menjurus pesugihan, dijadikan sarana ngalap berkah). Kebanyakan yang dikatakan sebagai Keris Umyang adalah yang dapurnya putut kembar.

Sebenarnya yang disebut keris umyang adalah keris-keris buatan Empu Umyang. Semasa hidupnya beliau sudah membuat sekitar 25 buah keris. 

Kebanyakan adalah pesanan dari orang-orang kaya pembesar kerajaan, orang-orang kaya tuan tanah dan para saudagar kaya. Bentuk dapurnya bermacam-macam, tidak hanya putut kembar. Keris-keris Umyang itu terkenal sekali keampuhan tuahnya yang bisa membawa manusia pemiliknya menjadi berkelimpahan dalam kekayaan.

Tetapi keris-keris jaman sekarang yang dikatakan sebagai keris umyang itu bukanlah semuanya sungguh-sungguh keris buatan Empu Umyang. Itu hanyalah akal-akalan pedagang keris yang mendompleng ketenaran keampuhan tuah keris Empu Umyang. Tapi tidak apa-apa kalau anda ingin membeli keris-keris itu, tetapi sebaiknya tanamkan dalam hati dan pikiran anda, bahwa walaupun keris-keris itu dikatakan orang sebagai keris Empu Umyang, tetapi keris-keris itu belum tentu sesungguhnya adalah keris buatan Empu Umyang, dan tuahnya belum tentu ampuh dan sama seperti keris Umyang yang asli, tetapi anda tertarik membelinya karena mengharapkan tuahnya yang dikatakan sebagai keris umyang. Untung-untungan. Mudah-mudahan benar ampuh bertuah.

Untuk mencoba mencaritahu apakah keris-keris yang sudah anda miliki berpotensi menjadi keris junjung derajat berikut semua persyaratannya, silakan dicoba keris-keris anda ditayuh.

Maksudnya, dengan cara menayuh itu diharapkan kita akan menjadi lebih tahu potensi dari keris-keris kita, bagaimana perlakuan kita supaya potensi itu bisa terwujud, dan bagaimana perawatan dan sesaji yang seharusnya, apakah ada perlakuan dan sikap kita yang masih kurang, yang menyebabkan potensi itu tidak bisa terwujud, atau apakah ada yang belum kita lakukan sehingga potensi itu belum terwujud.

Jadi tujuan menayuh itu adalah untuk mengenal potensi kerisnya, juga untuk mengenal potensi kita sendiri bersama kerisnya. Karena keris bersifat mendampingi, maka kita sendiri harus bisa sejalan dengan kerisnya, bukan sekedar mengharapkan tuahnya bekerja sendiri seperti sebuah jimat keberuntungan dan kesuksesan. Ibaratnya seperti sahabat seiring sejalan yang saling mengerti dan saling membantu. Kita sendiri harus peka rasa dan firasat, supaya bisa mendengarkan arahan dan petunjuk dari khodam kerisnya yang akan menuntun jalan kita. Kalau kita bisa begitu, kita akan tahu jalan kita ke depan, terbuka atau tertutup, atau apakah ada lubang yang harus dihindari, sehingga kemudian akan tampak jelas jalan yang harus kita lalui, bahkan bisa menjadikan kita seolah-olah menjadi seperti bisa meramal.

Sumber : Javanese 2000
Blogger
Disqus

Tidak ada komentar