Berbagai Pendapat Mengenai Isi, Tuah dan Yoni Keris Pusaka

Mengenai Isi, Tuah dan Yoni Keris Pusaka

Mengenai "Isi" dan Tuah Keris, banyak pendapat, yang satu dengan yang lain, kadang-kadang sama dan tidak sedikit yang berbeda. Pernah berlangsung diskusi dari hati ke hati dengan beberapa orang yang oleh sebagian masyarakat dianggap mengetahui mengenai isoteri keris (isi keris), termasuk tuahnya. Tetapi diskusi ini masih kurang memuaskan. Sebab, pada umumnya para ahli itu tidak suka berdebat. Bahkan bila dikejar dengan berbagai pertanyaan yang rinci pun, mereka selalu menghindar. Kebanyakan di antara mereka, seolah berpendapat bahwa "isi" dan tuah keris, bukan untuk didiskusikan, apalagi untuk diperdebatkan. Ada juga yang menghindar dengan cara yang agak diplomatis, mereka berpendapat bahwa ilmu mengenai tuah keris, seyogyanya dipelajari untuk diambil manfaatnya, tetapi bukan untuk didiskusikan apalagi dijadikan bahan penelitian. Banyak pula yang menjawab, "saya hanya mempelajari manfaat tuah keris itu, soal apa sebenarnya tuah, tak diajarkan guru saya".

Walaupun agak sulit merekam pendangan mereka mengenai "isi" keris. Secara umum dapat disimpulkan bahwa dikalangan para pecinta keris, ada empat pendapat mengenai apa sebenarnya "isi" atau tuah keris itu.
Mengenai Isi, Tuah dan Yoni Keris Pusaka

Pendapat Pertama Mengenai Isi, Tuah dan Yoni Keris

Pendapat pertama menyebutkan bahwa "isi" keris itu jin. Katanya, jin itu diundang atau dipanggil Sang Empu dengan mantera, agar mau tinggal di bilah keris buatannya. Ada lagi yang menyebutkan, di antara mantera itu, ada yang menyebabkan si jin mengerti tugas yang harus dilaksanakan bagi kepentingan si pemilik keris, contohnya untuk menjaga keselamatan pemilik keris.

Anggapan seperti inilah yang menyebabkan adanya sebagian pemilik keris yang membiasakan "memberi makan" keris. Yang dimaksudkan makanan keris adalah sesaji, baik berupa bunga-bungaan, makanan, minuman, rokok, kemenyan, bahkan candu. Saat pemberian makanan juga dipilih pada  hari-hari tertentu. Ada yang mengatakan untuk setiap keris, pemberian makannya/sesajinya berbeda hari, karena tergantung dari jenis jinnya.Yang menganut anggapan pertama ini, juga percaya bahwa kalau pemilik keris terlambat atau alpa memberikan makan, maka jin isi keris, akan marah dan menggangu pemilik keris.

Mereka pun memberi beberapa contoh kasus tentang pemilik keris yang lalai memberi makan, misalnya kelalaian itu akan mengakibatkan salah seorang atau beberapa anggota keluarga jatuh sakit atau kesurupan. Dapat pula mangakibatkan terjadinya musibah yang tidak diinginkan, seperti kecelakaan dan bencana lainya. Kemungkinan yang lebih ringan, jin itu akan tidak suka lagi tinggal di keris itu dan karena itu, jin akan pergi dan mencari tempat hunian baru.

Pada umumnya mereka yang membenarkan, bila seseorang yang memiliki keris dan percaya bahwa "isi" keris itu jin, berarti si pemilik keris itu sekaligus juga memelihara jin. Mereka juga meyakini, keris memiliki dua macam jin, ada jin yang baik dan ada juga jin yang jahat. Sebagian dari mereka juga mengatakan, ada juga jin yang beragama. Kebanyakan di antara mereka percaya bahwa jin yang menghuni kerisnya itu adalah jin yang baik, walaupun tak ada bukti yang menguatkan keyakinan mereka itu.
Mengenai Isi, Tuah dan Yoni Keris Pusaka

Pendapat Kedua Mengenai Isi, Tuah dan Yoni Keris

Pendapat Kedua mangatakan bahwa "isi" keris adalah daya yang sifatnya menyerupai getaran. Yang dimaksudkan dengan getaran itu agak serupa dengan getaran bunyi yang dapat merambat ke segala penjuru. Jika yang digetarkan udara atau benda dan getarannya adalah geteran fisik, maka yang timbul dan bisa dirasakan manusia ialah bunyi dan suara. Tetapi karena getaran keris itu bukan getaran fisik, maka yang dapat dirasakan manusia justru perbawanya atau pengaruh nonfisiknya. Umumnya, getaran ini mereka istilahkan dengan vibrasi.

Golongan ini menjelaskan pula bahwa perbawa keris tadi berpengaruh langsung bukan hanya bagi pemiliknya, tetapi juga bagi orang lain atau makhluk di sekitarnya. Makhluk halus yang tak terlihat pun termasuk yang dapat merasakan perbawa keris. Bahkan dua bilah keris atau lebih yang saling berdekatan, akan sama-sama mengirim getaran dan sama-sama pula menerima getaran keris lainnya. Dalam keadaan seperti itu, perbawa yang diterima manusia yang berada di dekatnya merupakan kesatuan berbagai getaran tersebut.

Penganut pendapat ini menambahkan, kekuatan getaran "isi" keris atau perbawa itu tergantung dari kesaktian empu pembuat keris itu. Jika empunya sakti, keris buatannya pun sakti pula. Itulah sebabnya pada umumnya golongan ini membedakan keris yang getarannya kuat, sedang, atau lemah. Merekan juga mengatakan, untuk dapat merasakan getaran ini, orang tidak harus mempelajari ilmu yang sulit. Katanya yang penting, menenangkan diri sehingga ia dapat merasakan isyarat getaran itu.

Sebagai penjelasan tambahan, penganut pendapat ini menambahkan dengan pancaran getar isi keris boleh diperumpamaan dengan pancaran siaran radio atau televisi. Keris yang kuat pancaran isinya serupa dengan pemancar radio yang kuat pula. Begitu pula, manusia pemilik keris itu ada persamaannya dengan pesawat penerima siaran radio atau pesawat televisi. Radio atau televisi yang baik akan peka terhadap pancaran gelombang getaran yang dikirimkan dari pemancarnya, sehingga dapat menerima pancaran itu dengan baik, jelas dan jernih. Begitu pula manusia pemilik keris yang baik, yang nuraninya jernih, akan lebih mudah menerima getaran pengaruh kerisnya.
Mengenai Isi, Tuah dan Yoni Keris Pusaka

Pendapat ketiga Mengenai Isi, Tuah dan Yoni Keris

Pendapat ketiga menyebutkan, keris itu berisi arwah leluhur. Golongan yang berpendapat seperti ini umumnya selalu menghindar dari berbagai pertanyaan yang sifatnya ingin tahu lebih banyak lagi, misalnya, mereka menghindari menjawab pertanyaan "bukankah roh dan arwan manusia itu akan kembali kepada Tuhannya setelah itu mati", juga menolak menjawab, apakah yang dimaksud adalah roh orang yang mati penasaran. Juga tidak menjawab, apakah yang dimaksud itu roh orang yang mati penasaran. Juga tidak menjawab, apakah yang dimaksud arwah leluruh itu, leluruh si pemilik atau leluhur si empu.

Mereka membandingkan isi keris itu dengan jailangkung yang kata mereka bahwa roh manusia dapat dipanggil untuk mendiami suatu tempat tertentu yang disediakan. Penjelasan lebih lanjut mengenai hal itu tidak ada. Tetapi semacam bukti untuk meyakinkan suatu hari, di sebuah kota di Jawa Tengah muncul atraksi begini : "Seorang yang oleh kelompoknya dianggap guru, suatu malam, duduk bersila. Dihadapannya tergeletak sebilah keris yang berdhapur Brojol, pamornya Ngulit Semangka, tangguh Madura. Di sekeliling keris itu ditaruh berbagai sesaji, antara lain, kembang telon, dua buah kelapa gading utuh dan kemenyan. Di hadapan guru itu, terhidang tiga buah gelas, masing-masing berisi air putih, teh dan kopi.

Setelah semua yang hadir malam itu tenang, guru itu pun menunduk sambil membaca mantera. Sekali-kali, sambil membaca matera, tangannya meraup asap kemenyan dan mengusapkan ke wajahnya. Suasana mencekam tegang. Beberapa menit kemudian kepala Sang Guru seolah tersentak, kemudian menengadah dan tegak kembali. Matanya terpejam, walaupun tidak terlalu rapat.

Ruangan tempat atraksi itu berukuran sekitar 6 kali 8 meter. Semua perabotan yang terdapat di dalam ruangan itu terbuat dari kayu berukir. Sebuah bola lampu kira-kira 40 watt yang tergantung di tengah raungan, tak mampu menerangi seluruh raungan itu, sehingga keremangan itu membuat suasana semakin mencekam.

Dengan bahasa Jawa yang tergolong aneh dan suara yang lain dari biasa, terdengarlah kata-kata yang menerangkan bahwa ia berasal dari Jaman Majapahit, menyebut namanya dan meminta apa yang  dapat di bantu. Guru yang tampaknya seperti sedang tidak sadar itu juga dapat menjawab pertanyaan yang diajukan oleh orang sekitarnya. Ia pun dapat memberikan nasihat yang kalau disimak benar, nasihat itu sebagian merupakan cuplikan satu dua bait Wedatama.

Sesudah wejangan, penuturan dan tanya jawab dengan guru yang berada dalam keadaan seperti tidak sadar itu berlangsung sekitar sepuluh menit, sang guru pun tiba-tiba membisu. Pelan-pelan kepalanya menunduk dan kemudian tersentak kembali, lalu tiba-tiba seperti sadar. Tampak sekali, Ia amat lelah.

Dari pembiacaraan yang berkembang, sang guru tadi ketamuan arwah penghuni keris yang  berada dihadapannya. Itulah cara mereka memberikan bukti bahwa isi keris itu ada.  
Blogger
Disqus

Tidak ada komentar