Pusaka dan Ajimat Peninggalan Soeharto

Pusaka dan Ajimat Peninggalan Soeharto - Di balik kesederhanaan dan murah senyumnya Soeharto, tersimpan kekuatan luar biasa dari sejumlah pusaka dan aji jaya kawijayan yang dimilikinya. Gus Thoni Sejati menerawang, ada 113 pusaka dan 13 ajian andalan yang dimiliki mantan penguasa ORBA itu. Berikut ini beberapa di antaranya.

POSMO-Soeharto tidak saja mendapatkan sejumlah pusaka dari pemberian atau menukarnya dengan mahar. Dia juga melakoni sendiri beberapa syarat laku tirakat dan tapa-brata yang tidak ringan. Ini dari kesaksian para tokoh paranormal. Setidaknya, dari 113 pusaka yang berhasil diterawang oleh Gus Thoni Sejati, Tombak Kyai Singo Lodra dan Mustika Merah Delima serta Keris Tilam Upih merupakan pusaka terampuh mantan presiden ke-2 RI itu. 

Sedangkan Aji Lembu Sekilan, Segoro Geni dan Brajamusti merupakan tiga dari 13 ajian andalannya. Dari jenis pusaka atau jimat, selain yang sudah disebut di atas adalah Batu Aji Badar Besi, Kolbuntet, Pulasani, Wesi Kuning dan banyak lagi. Sumber lain mengatakan, Soeharto juga memiliki Batu Aji Ki Alip Cukur, Betara Karang dan Bunga Wijaya Kusuma. Betara Karang adalah sejenis Jenglot, yakni makluk kecil, sekira 30 cm panjangnya, yang secara inderawi mati namun secara ghaib sebenarnya hidup dan memiliki kekuatan luar biasa.

Batara Karang dipercaya berasal dari orang sakti atau empu, yang karena kesalahan akhirnya terpenjara di dunia fana. Jazadnya tak diterima bumi hingga menyusut. Tetapi, rambut dan kuku serta taringnya tetap tumbuh. Sedangkan ruhnya terpenjara dalam jazad dan menjadi kekuatan ghaibnya. 

Namun demikian, Gus Thoni mengatakan, Soeharto tidak memiliki Betara Karang dan Bunga Wijaya Kusuma, yang konon dapat membuat pemiliknya hidup kekal itu.

Lalu, dari manakah beragam pusaka serta aji jaya kawijayan yang dimiliki Soeharto itu dan seberapa keampuhannya?


Laku Tirakat Soeharto

Sebagai manusia Jawa, Soeharto sangat memegang teguh nilai-nilai spiritual leluhur. Dia percaya dan patuh terhadap guru spiritualnya. Sejak muda Soeharto telah akrab dengan kegiatan tirakat atau mersu budi di tempat-tempat sepi dan wingit, serta menjalani berbagai macam laku puasa. Jimat Wesi Kuning, misalnya, menurut Gus Thoni diperoleh Soeharto dari laku tirakat di Pantai Selatan. Tapi, Wesi Kuning hanya bisa diperoleh karena pulung, sehingga laku tirakat sebentar saja bisa diperoleh. Sebaliknya, bila seseorang tidak ketiban pulung Wesi Kuning, tirakat selama apa pun tak akan pernah bisa memperolehnya.

Daya kesaktian Wesi Kuning yang menurut Gus Thoni hanya sebesar lidi dan di alam ghaib tersimpan dalam kepompong ulat sutera itu adalah sebagai media kekuatan batin, menangkal serangan-serangan secara nyata maupun ghaib. Sementara Batu Aji Badar Besi yang berwarna kecoklatan berdaya sakti untuk pertahanan dan wibawa. Kolbuntet yang berwarna putih untuk kekebalan tubuh, dan Pulasani yang berwarna kekuning-emasan untuk pagar diri. Ketiganya saling menguatkan.

Ajian Lembu Sekilan yang merupakan aji kekebalan termasuk anti santet diperoleh Soeharto dengan puasa mutih selama 7 hari, dan ritual khusus di gunung Gambar, Gunung Kidul. Ajian Brajamusti yang berdaya sakti untuk kekebalan peluru dan senjata tajam diperoleh dengan puasa mutih selama 11 hari dan ritual khusus di gunung Srandil.

Bila Aji Lembu Sekilan membuat serangan meleset setelah berjarak sedepa dari tubuh pemiliknya, Ajian Brajamusti akan membuat tubuh pemiliknya keras seperti baja yang tak mampu ditembus peluru. Sedangkan Ajian Segoro Geni merupakan ajian dahsyat yang berguna untuk meluluh-lantakkan pertahanan musuh. Ajian yang membuat berbagai macam serangan musuh selalu kandas ini diperoleh Soeharto dengan puasa selama 41 hari.

Gus Thoni mengatakan, semua ajian itu ada mantra atau rapalannya. “Tapi tidak mungkin untuk dipublikasikan, karena berbahaya bila kemudian disalah-gunakan”, ujarnya.

Pusaka Warisan Kraton Solo

Jejak spiritual Soeharto semakin kental dan mencapai puncaknya, ketika dia bertemu dan menikah pada 26 Desember 1947 dengan puteri bangsawan Solo, Siti Hartinah. Dari hubungannya dengan Siti Hartinah (Bu Tien), Soeharto lalu dekat dengan para tokoh sepuh Kasunanan Surakarta. Menurut Gus Thoni, dengan memberi sejumlah mahar, Soeharto bisa memiliki beberapa pusaka piandel Kraton Solo. Di antaranya Tombak Singo Lodra, Keris Tilam Upih dan Mustika Merah Delima.

Keris Tilam Upih dan Mustika Merah Delima soeharto
Keris Tilam Upih
Gus Thoni mengatakan, Tombak Kyai Singo Lodra merupakan pusaka terampuh yang dimiliki Soeharto. Fungsinya sebagai benteng pertahanan dan kewibawaan. Tombak itu hanya ada sembilan. Menurut Gus Thoni, Kraton Solo dan Mangkunegaran kini sudah tak memilikinya. Kesembilan tombak itu terbagi dalam tiga zaman pembuatan. Zaman kesatu dan kedua adalah zaman Pajang Hadiningrat (1546-1588) dan zaman ketiga adalah Mataram Hadiningrat (1588-).

Soeharto memiliki tombak Kyai Singo Lodra dari generasi ketiga, yakni buatan zaman Mataram. Delapan lainnya tersebar di Nusantara. Salah-satunya lagi, menurut Gus Thoni, dipegang oleh KH Ahmad Sadzaly Ridwan di Kudus, trah Kanjeng Sultan Hasanudin dari Banten. Tombak Kyai Singo Lodra adalah benteng pertahanan yang luar biasa dahsyat. Tombak inilah yang berperan besar dalam melanggengkan kekuasaan Soeharto hingga selama 32 tahun.

Dari kerabat Kasunanan Solo, Soeharto juga memperoleh dengan mahar, Keris Tilam Upih dan Mustika Merah Delima. Keris Tilam Upih berdaya sakti kewibawaan dan Mustika Merah Delima untuk menjaga diri dan kharisma. Perlu diketahui, Mustika Merah Delima dan Keris Tilam Upih serta Wesi Kuning, kini banyak imitasinya.

Mustika Merah Delima soeharto
Mustika Merah Delima
Ketiga pusaka warisan Kraton Solo semakin melengkapi piandel-piandel yang dimiliki Soeharto sejak muda. Tak heran, bila kemudian Soeharto melegenda seperti sekarang. Namun dari sekian pusaka dan ajian yang dimiliki Soeharto, tak kalah pentingnya Siti Hartinah atau Bu Tien. Sebab, dari sosok puteri bangsawan Solo itulah wahyu keprabon (presiden) kemudian hinggap pada diri Soeharto.
Blogger
Disqus

Tidak ada komentar